Inilah Sebab Obat Herbal Sulit Masuk Layanan Kesehatan Formal

By , Senin, 7 April 2014 | 11:30 WIB

Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan bahan alam sebagai upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Berdasarkan Riskesdas 2010, sebanyak 59,12 persen penduduk Indonesia pernah mengonsumsi jamu untuk menjaga kesehatan.

Selama ini, masyarakat sudah mengonsumsi obat herbal dalam bentuk jamu, jamu godokan atau kapsul racikan untuk mengobati berbagai penyakit. Namun pemakaian obat herbal diharapkan memenuhi kaidah empat tepat dan satu waspada—yaitu tepat penggunaan, tepat pemakai, tepat obat herbal, tepat dosis dan cara pemberian, serta waspada efek samping.

Hal ini dipaparkan oleh Kepala Poliklinik Komplementer Alternatif RSU Dr Soetomo Surabaya, dr. Arijanto Jonosewojo, pada konferensi pers SOHO Global Health Natural Wellness Symposium bertema "Keamanan, Khasiat dan Kualitas Obat Herbal", di Jakarta (5/4).

Lebih lanjut, Arijanto menjelaskan penggunaan obat herbal secara umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat kimia. Hal ini disebabkan karena obat herbal memiliki relatif lebih sedikit efek samping.

"Tapi kaidah 4T dan 1W harus dipatuhi agar kualitas, keamanan, khasiat obat herbal tetap terjaga," Arijanto menjelaskan, "Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik lainnya, memang tak bisa dikonsumsi sembarangan dan harus mematuhi dosis yang diberikan."

Selain kaidah itu, obat herbal yang digunakan secara medis seyogyanya melalui uji klinis untuk membuktikan khasiatnya. Di masyarakat, sekarang banyak beredar pengobatan herbal yang diklaim mampu mengobati suatu penyakit, hanya berdasarkan pengalaman empiris atau uji praklinis pada hewan. Hal ini yang menyebabkan obat herbal sulit untuk masuk ke dalam layanan kesehatan formal.

Berdasarkan fakta tersebut, perusahaan farmasi SOHO Global Health menyelenggarakan seminar ilmiah yang bertujuan untuk menginformasikan keamanan, khasiat dan kualitas obat herbal.

Seminar ini merupakan seminar ilmiah pertama di Indonesia yang memberikan pemaparan manfaat obat herbal dengan total peserta mencapai 1000 dokter. "Natural Wellness Symposium ini akan diadakan di tujuh kota: Semarang, Jakarta, Medan, Bali, Bandung, dan Makassar dengan total 1000 peserta di masing-masing kota," ungkap Vice President Sales & Marketing for Professional Products SOHO Global Health, Sugiharjo.

Ia mengatakan pula, produk herbal dari SOHO Global Health yang saat ini dipasarkan dan dipergunakan secara medis dibuat dengan bahan utama alami yang telah menjalani berbagai pengujian, didukung oleh berbagai macam penelitian maupun jurnal ilmiah dan mempunyai sertifikasi sebagai jaminan pembuatannya mengikuti ketentuan yang berlaku.

Arijanto menambahkan, dokter selama ini tidak pernah menolak pemakaian obat herbal. Namun dokter terikat dengan undang-undang kedokteran bahwa dokter harus memakai obat yang memiliki uji klinis.