Pertengahan tahun 2013, proyek normalisasi Waduk Pluit di Penjaringan, Jakarta Utara dimulai.
Pengerukan pun dilakukan agar waduk ini mampu menampung air untuk mencegah banjir di bagian utara Jakarta. Beberapa bulan setelah pengerukan, masalah belumlah tuntas.
Eceng gondok yang menutupi permukaan waduk dibersihkan. Sebanyak 17 pekerja harian lepas dikerahkan untuk menyingkirkan eceng gondok.
Tak mudah untuk membersihkan kawasan waduk ini hingga benar-benar terbebas dari eceng gondok. Selain alat yang terbatas, sampah-sampah masyarakat juga menyulitkan para pekerja untuk memberantas eceng gondok.
Alat berat dikerahkan dalam membantu proyek normalisasi Waduk Pluit pada Juli 2013 silam. Waduk yang sudah mulai menampung air semenjak tahun 1987 ini akan dikembalikan fungsinya sebagai pengendali banjir di bagian utara Jakarta. (Yunaidi/NGI)
Eceng gondok dan sampah menjadi ancaman utama waduk ini. Normalisasi waduk ini dimulai sejak pertengahan tahun silam. Pengerukan dilakukan untuk mengembalikan fungsinya sebagai pengendali banjir. (Yunaidi/NGI)
Warga sekitar Waduk Pluit mengumpulkan sampah plastik yang bernilai ekonomi untuk dijual. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke dalam waduk masih sangat rendah. Faktor lainnya adalah tidak tersedianya penampung sampah di kampung deret ilegal di sekitar waduk. (Yunaidi/NGI)
Sebanyak 17 pekerja harian lepas Dinas Kebersihan DKI Jakarta berjibaku dengan peralatan seadanya untuk membersihkan eceng gondok yang menutupi permukaan waduk. (Yunaidi/NGI)
Pekerja membawa bambu yang akan ditancapkan ke dasar waduk untuk menghambat pergerakan eceng gondok. (Yunaidi/NGI)
Seekor kucing mencari makan diantara tumpukan sampah yang bertebaran di Waduk Pluit. Pemerintah DKI Jakarta sejak pertengahan tahun lalu melakukan Waduk Pluit. (Yunaidi/NGI)
Sidik, pekerja harian lepas Dinas Kebersihan DKI Jakarta meninggalkan Waduk Pluit setelah seharian bekerja membersihkan eceng gondok yang memenuhi area waduk. (Yunaidi/NGI)