Dikembangkan, Susu Kedelai Fermentasi untuk Balita Gizi Buruk

By , Senin, 14 April 2014 | 15:35 WIB

Seorang dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Indyah Sulistya Utamy, berhasil mengembangkan formulasi susu kedelai fermentasi sebagai bahan makanan penunjang nutrisi bayi.

Angka malanutrisi balita Indonesia memang ternyata masih cukup tinggi sehingga mengundang keprihatinan bagi banyak kalangan peneliti. Data Kementerian Kesehatan pada 2012 menyebutkan, sedikitnya 900.000 balita di Indonesia mengalami malanutrisi.

Selain itu, bahan pokok pembuatan makanan bayi yang masih bertumpu pada susu impor juga menjadi masalah tersendiri. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengembangkan produk penunjang nutrisi alternatif.

Menurut Indyah, kedelai memiliki beberapa kelebihan dibandingkan susu murni sebagai bahan pokok pembuatan makanan bayi. "Susunan asam amino pada kedelai ekuivalen dengan susu murni," ujarnya di FTP UGM, Kamis (10/4).

Selain itu, susu kedelai yang sudah difermentasi dapat mengurangi oligosakarida sehingga kandungan protein lebih mudah dicerna. Agar bisa dibuat susu dalam bentuk bubuk, susu kedelai yang sudah difermentasi selanjutnya dilakukan proses penepungan. Hasil penepungan tersebut lalu dicampurkan beras yang sudah difermentasi.

"Karbohidrat didapatkan dari beras yang sudah difermentasi, sedangkan proteinnya dari kedelai," paparnya.

Penelitian yang bekerjasama dengan PT Sari Husada ini memakan waktu lebih kurang tiga tahun. Selama tiga tahun, kata Indyah, beberapa pengembangan dilakukan dalam penelitian susu kedelai fermentasi ini. "Tahun pertama kita fokuskan pada bubuk kedelai, tahun berikutnya kita kembangkan fermentasi kedelai, tahun ketiga kita mencampurkan susu kedelai fermentasi dengan beras fermentasi," tuturnya.

Meski belum diluncurkan, produk ini nantinya akan dikemas berupa minuman dengan bahan baku susu kedelai fermentasi yang dicampur dengan beras fermentasi.

Produk ini juga akan ditambahkan dengan tambahan mineral, vitamin sesuai standar gizi untuk balita. Indyah mengaku, pihaknya belum bisa memastikan kapan produk ini bisa dipasarkan secara komersial.