Gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) tercatat terancam punah. Sebagian di antaranya berstatus kritis di lebih dari separuh habitatnya di Pulau Sumatra. Penyusutan drastis populasi gajah sumatra ini dinilai disebabkan oleh alih fungsi hutan dan tingginya konflik dengan manusia. Data Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) menunjukkan, dari 56 habitat, gajah sumatra dinyatakan punah sejak lima tahun terakhir di 13 lokasi dan berstatus kritis di 11 lokasi. Selain itu, populasi gajah sumatra di ambang kritis di 2 lokasi. Ketua FKGI Krismanko Padang mengatakan, habisnya gajah sumatra dari habitatnya, antara lain, karena dibunuh atau mati karena ketiadaan sumber pangan setelah hutan bersih menjadi kebun atau pemukiman Kondisi ini terjadi di 6 lokasi habitat gajah sumatra di Riau, 3 lokasi di Sumatra Selatan, 2 lokasi di Jambi, serta masing-masing 1 lokasi di Bengkulu dan Sumatra Barat. Lokasi populasi gajah sumatra yang dinyatakan kritis antara lain di Bukit Salero dan Gunung Raya yang berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Sumatra Selatan. Di lokasi itu hanya ada empat gajah sumatra. Idealnya, populasi gajah sumatra sebanyak 30-60 ekor per habitat. Gajah sumatra masuk dalam daftar kritis Di banyak wilayah lain, keberlangsungan hidup gajah sumatra sangat memprihatinkan. Krismanko mencontohkan, ketika survei di ekosistem Bukit Tigapuluh, Jambi, tahun lalu, ia mendapati dua kelompok besar gajah sumatra berjumlah 90-an ekor. Namun, satu kelompok diketahui terpecah tahun ini, diduga akibat pembukaan areal perambahan di salah satu hutan. ”Sebagian anggota kawanan terganggu pembukaan hutan sehingga terpisah dari kelompoknya,” katanya. Keberadaan gajah sumatra yang terpisah-pisah, ujar Krismanko, berbahaya bagi keberlanjutannya. ”Jika gajah dalam kelompok menyusut, misalnya hanya terdiri dari induk dan anak-anak, perkembangbiakannya akan jadi masalah. Akhirnya kelompok gajah ini bisa punah,” katanya. Organisasi Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) telah menetapkan gajah sumatra ke dalam daftar merah (berstatus kritis). FKGI memperkirakan, populasi gajah sumatra tinggal 1.800 ekor, tersebar di Sumatra dan Kalimantan Utara. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan Bambang Novianto menyatakan, gajah sumatra termasuk spesies satwa prioritas untuk diselamatkan. Pemerintah pusat menargetkan pertambahan populasi 3 persen pada gajah sumatra dan gajah kalimantan. ”Harus dilakukan penanganan konflik manusia-gajah secara cepat dan terpadu melibatkan semua pihak terkait. Kondisi gajah sumatra sangat kritis. Jambi adalah salah satu kantong terakhir gajah sumatra,” ujarnya. Agusrizal dari Dinas Kehutanan Provinsi Jambi menyatakan, konsep penyelamatan gajah sumatra dapat dilakukan secara terpadu tanpa perlu merelokasi. Untuk menghubungkan antarkelompok gajah, perlu dibuat koridor penghubung. ”Setiap perusahaan perkebunan memiliki rencana kerja usaha tahunan. Perusahaan berkewajiban mengalokasikan areal kebun untuk konservasi satwa. Alokasi area ini akan disesuaikan dengan data area distribusi gajah sumatra,” ujarnya. Di sepanjang koridor akan disiapkan area pakan gajah. Kebun yang dilewati gajah diberi pengamanan pagar listrik.