Semua Kursi di KRL Seharusnya Jadi Kursi Prioritas

By , Kamis, 17 April 2014 | 12:34 WIB

KRL Mania, komunitas pengguna setia kereta rel listrik (KRL), menyayangkan kecaman wanita muda terhadap ibu hamil di Path beberapa waktu lalu. (Baca di sini)

Terkait dengan hal ini, KRL Mania mengimbau pengguna KRL untuk menjadikan semua kursi sebagai kursi prioritas. “Semua kursi harusnya dianggap sebagai kursi prioritas,” jelas Nurcahyo, Koordinator KRL Mania, kepada Kompas.com, Kamis (17/4).

Ia mengatakan, kecaman yang dilakukan Dinda melalui akun Path-nya, seharusnya tak perlu terjadi. Namun, dia mengerti, kemungkinan kondisi badan Dinda yang sedang letih menjadi alasan mengapa akhirnya ia menulis kecaman terhadap ibu hamil itu.

Nurcahyo menilai, masih kurangnya kesadaran sebagian kecil masyarakat terhadap orang-orang yang diutamakan untuk menggunakan kursi prioritas tersebut. Padahal, sudah tertera pada dinding KRL bahwa orang-orang yang diutamakan menggunakan tempat duduk prioritas ialah lansia, wanita hamil, orang cacat, dan orang-orang yang membawa balita.

Menurut Nurcahyo, usaha pemerintah memasukkan kelompok-kelompok tersebut ke dalam kaum prioritas di KRL merupakan tindakan yang benar. Mereka memang membutuhkan perlakuan kusus karena kondisi tenaga mereka memang berbeda.

Sebagian besar pengguna KRL, kata dia, sudah menyadari hal tersebut. Namun, sebagian kecil masyarakat ternyata harus diingatkan kembali.

Komunitas KRL Mania mengimbau agar masyarakat dapat menjadikan semua kursi di KRL sebagai kursi prioritas. Maksudnya, sejumlah kelompok yang diprioritaskan dalam KRL tak harus selalu ditempatkan di bangku prioritas, tetapi di setiap bangku.

Hal ini mengingat terbatasnya jumlah bangku prioritas yang tersedia di KRL, apalagi bila kereta dalam keadaan penuh, bangku tersebut sulit dijangkau.

Nurcahyo mengatakan, sudah seharusnya bila melihat kelompok prioritas yang tak mendapat tempat duduk hendaknya langsung berdiri dan memberikan tempat duduk bagi mereka yang prioritas. Tak harus dipermasalahkan apakah bangku tersebut termasuk kursi prioritas atau tidak.

"Kesadaran akan kebutuhan berbeda para kelompok inilah yang harus ditumbuhkan melalui penghapusan status bangku prioritas dan memulai kesadaran baru untuk menganggap bahwa para kelompok prioritas memang perlu mendapat perlakuan khusus," ujarnya.