Banyak perempuan yang menganggap sebaiknya menelan keinginan untuk hamil saat usianya sudah lepas kepala tiga. Namun, bukan tak mungkin, ada pula yang masih ingin memiliki momongan lagi saat telah berusia 40. Hamil di usia senja, menurut Boy Abidin, dokter spesialis kandungan dan kebidanan, sebenarnya bisa-bisa saja.
“Merencanakan kehamilan di usia senja atau saat sang Ibu menginjak usia 40 tahun, memang memiliki lebih banyak risiko. Namun bukan berarti ia harus mengubur rencana itu,” ujarnya saat bicara dalam talkshow “Periode Emas Siapkan Anak ke Masa Depan” yang diadakan dalam rangkaian acara Prenagen Pregnancy Educational Journey di Bandung, beberapa waktu lalu.
Ia melanjutkan, kehamilan ditentukan oleh kesiapan calon ibu yang wajib dimulai sejak baru mempersiapkan kehamilan.
“Idealnya, kan, sejak remaja begitu mendapat menstruasi pertama, wanita harus mencukupi kebutuhan zat besinya. Begitu pula saat hamil di usia senja atau sekitar 40 tahun. Ini penting untuk membentuk bayi yang berkualitas,” terangnya.
Konsumsi asam folat, ujar dr. Boy, penting dipenuhi sejak merencanakan kehamilan. Pasalnya bayi sudah membutuhkan asam folat sejak usia kehamilan baru mencapai satu minggu. (Baca: Konsumsi Asam Folat Selama Kehamilan Bantu Cegah Autisme)
“Sementara rata-rata kehamilan baru diketahui setelah usia kehamilan sekitar enam minggu. Ini berarti ada risiko bayi kekurangan asam folat di minggu-minggu sebelumnya.”
Ia tak menampik bahwa kehamilan di usia senja atau sekitar usia 40 tahun memiliki begitu banyak risiko yang mengintai, termasuk kekhawatiran terjadi cacat fisik pada bayi.
“Maka calon ibu harus benar-benar disiplin dalam pemeriksaan dan melakukan pemeriksaan berkualitas. USG tiga dan empat dimensi diperlukan untuk mengecek perkembangan tumbuhnya janin,” jelasnya. Syarat utama dari mempersiapkan kelahiran buah hati adalah faktor kesiapan ibu, baik secara fisik dan mental.