Sayang, hari ini iklim sabana sudah sulit ditemui di Baluran. Ribuan hektare padang rumput gersang dengan tanah kering yang pecah sudah tidak bisa ditemui lagi, digantikan dengan semak dan hutan akasia. Ini semacam siklus tiga tahunan yang memaksa Baluran untuk berganti kulit, dari cokelat kering menjadi hijau segar.
Sabana Bekol yang dulu menjadi primadona karena menjadi titik utama wisatawan untuk melihat satwa liar, saat ini berubah menjadi ladang raya bunga Kapasan dengan petal berwarna kuning. Tanaman setinggi satu meter ini dengan mudah menyembunyikan kawanan rusa, banteng, dan merak di baliknya. Tidak seperti dahulu, dimana segala jenis satwa bebas terlihat di atas padang luas.
Namun siklus tiga tahunan ini terancam tidak bisa tepat waktu. Bunga kapasan dan akasia mengambil alih lahan hidup rumput lamuran (Dichantium caricoum) yang menjadi vegetasi primer sabana.
“Kami ingin mengembalikan iklim sabana di Baluran, jadi kami mengambil tenaga penduduk lokal untuk menyiangi ratusan hektare bunga kapasan secara berkala,” kata Indra.
Butuh waktu berapa lama? Indra tidak bisa menjawabnya dengan pasti. Tapi setidaknya, ada semacam harapan tipis dalam dirinya untuk mengembalikan Baluran sebagai Afrika Kecil yang terletak di ujung timur Pulau Jawa.