Terikat Kebijakan Satu Anak, Warga Tiongkok Jual Bayi di Internet

By , Selasa, 29 April 2014 | 16:30 WIB

Lu Libing paham hanya ada satu pilihan ketika anak ketiganya akan lahir. Ia tidak sanggup membayar denda besar yang diwajibkan pemerintah Tiongkok sehingga ia memberikan anaknya untuk diadopsi.

Di Internet, ia menemukan "A Home Where Dreams Come True" (Rumah Tempat Mimpi Jadi Kenyataan), sebuah laman yang mengklaim sebagai forum adopsi Internet terbesar di Tiongkok, bagian dari industri yang tidak teregulasi selama bertahun-tahun.

Para pasangan yang akan memiliki anak namun tidak ingin atau tidak mampu memelihara anak mereka, pergi ke situs tersebut untuk mencari orang-orang tua adopsi daripada menggugurkan bayinya atau menelantarkan mereka.

Tidak ada data statistik yang jelas mengenai berapa banyak orang yang menggunakan laman tersebut namun "A Home Where Dreams Come True" menyatakan 37.841 bayi telah diadopsi lewat situs mereka dari 2007 sampai Agustus 2012.

Lebih dari 380 bayi diselamatkan dan 1.094 orang ditahan saat pemerintah merazia industri tersebut bulan lalu. Situs-situs adopsi seperti "A Home Where Dreams Come True", yang pendirinya ditahan, ditutup karena dianggap ilegal dan bertanggung jawab atas perdagangan bayi.

Seorang pejabat badan adopsi pemerintah Tiongkok, Tiongkok Centre for Children's Welfare and Adoption, mengatakan para orang tua dapat mendaftar pada kementerian urusan sipil untuk menyerahkan anak-anak mereka. Sangat salah untuk menggunakan laman-laman tersebut, ujarnya, karena anak-anak bukanlah komoditas.

Perdagangan bayi telah menjadi masalah besar di Tiongkok dan laporan-laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa industri bawah tanah telah menggunakan Internet untuk menghubungkan orang secara cepat, membuat penjualan dan pembelian bayi lebih mudah.

Permintaan atas laman-laman tersebut telah didorong oleh kemiskinan di daerah pedesaan, kebijakan satu anak yang membatasi sebagian besar pasangan untuk hanya memiliki satu anak, dan pasangan-pasangan tanpa anak yang putus asa.

Denda bagi anak kedua dan seterusnya adalah sekitar 50.000 yuan sampai 80.000 yuan (US$8.000-$12.800) per anak.

Jika denda tidak dibayar, maka anak tersebut akan disebut "anak haram" dan tidak diberi akses untuk sekolah dan perawatan kesehatan.

Penjualan bayi telah didorong oleh kebijakan satu anak dan bias tradisional terhadap anak laki-laki, yang menyebabkan penelantaran anak perempuan.

Para orangtua yang memberikan bayinya mendapatkan uang antara 10.000 yuan sampai 50.000 yuan. Tidak jelas apakah mereka juga dapat terkena tuntutan hukum.

Yi Yi, seorang pengacara adopsi di Beijing, yakin laman-laman seperti itu harus diregulasi tapi tidak dilarang, karena ada kebutuhan dari populasi yang meningkat.

Sekitar 10.000 anak ditelantarkan di Tiongkok setiap tahun, menurut Wang Zhenyao, presiden Tiongkok Welfare Research Institute di Beijing Normal University. Laporan-laporan media menyebutkan banyak dari anak-anak ini perempuan dan cacat. (Reuters)