Debat soal makanan dan perilaku anak tampaknya berawal di tahun 1960-an. Saat ahli alergi Amerika, Dr. Benjamin Feingold, melihat bahwa saat anak dilarang makan makanan tertentu, yang membaik bukan hanya kondisi kulit mereka, namun juga perilaku mereka.
Menurut Feingold, zat yang paling berpengaruh adalah zat tambahan, seperti pewarna dan pengawet, dan juga zat kimia alami, bernama salicylates yang ada di bahan nabati.
Salah satu kontribusi penelitian paling baru dalam topik ini berasal dari kelompok peneliti di Southampton University, Inggris Raya. Kelompok yang dipimpin Profesor Jim Stevenson ini tahun 2007 lalu menerbitkan hasil penelitian tentang hubungan bahan tambahan makanan tertentu dan meningkatnya sifat hiperaktif pada anak yang biasanya berperilaku tak hiperaktif.
Stevenson melihat bahwa anak-anak yang sulit konsentrasi dan hiperaktif (ADHD) kondisinya membaik saat menjalani diet tertentu. Namun, studi ini dikritisi karena dalam proses penelitian dan pengujiannya anak-anak yang terlibat diberi campuran enam zat tambahan. Hingga, sulit menentukan apakah yang mempengaruhi perilaku anak-anak itu adalah zat tambahan tertentu atau keenamnya.
Namun, penelitian ini tetap dipandang sebagai salah satu yang mendukung klaim Feingold, yaitu ada individu yang lebih sensitif atau tidak toleran terhadap zat tambahan yang sering dikaitkan dengan sifat hiperaktif.
Ahli kekebalan tubuh Professor Rob Loblay bercerita bahwa klinik alerginya di Royal Prince Alfred, Sydney, Australia, seringkali melayani anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, seperti hiperaktif. Loblay dan rekan-rekannya mempelajari fenomena ini selama berpuluh tahun.
"Pertama, anda hilangkan semua makanan yang mengandung zat yang mungkin bermasalah. Itu mungkin bisa selama dua hingga enam minggu. Lihat apakah gejalanya hilang," ceritanya. Ia menambahkan, "Kalau memang hilang, mungkin kita sudah di jalur yang tepat. Kemudian kita berikan zat-zat itu satu demi satu, sebagai ujian, untuk melihat yang mana yang kembali menimbulkan gejala."
Sedangkan Salicylate bukanlah tambahan, melainkan kelompok zat kimia alami yang sering disebut sebagai penyebab gangguan perilaku. Salicylate ada di hampir semua pangan nabati, kecuali daging buah pir. Selain itu, ada juga zat pengawet, seperti sodium benzoate, yang diteliti oleh para ilmuwan dari Southampton.
"Untuknya, anak-anak cenderung tidak lagi mengalami gangguan perilaku akibat makanan saat mereka mencapai usia remaja," jelas Loblay.