Melihat keadaan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu ini, macam-macam kejadian membayangi Indonesia, dari mulai bencana alam, situasi politik yang memanas, dan polemik sosial-ekonomi. Ternyata itu tidak menghindarkan kita untuk tetap hidup bahagia.
Terbukti dari penelitian Global Research Company Ipsos, pada survei yang dirilis pada awal tahun 2014, dinyatakan bahwa Indonesia menempati posisi teratas tingkat kebahagiaan masyarakatnya dengan persentase mencapai 55%. Lalu diikuti oleh India sebanyak 41%, Mexico 38%, Brazil 33 %, Afrika Selatan yang memperoleh persentase sama dengan AS sebanyak 26%, dan terakhir Kanada sebanyak 24%.
Penilaian tersebut berdasarkan beberapa faktor. Pertama adalah umur. Ipsos menemukan bahwa masyarakat di bawah 35 tahun, seseorang lebih mudah mengatakan bahagia, jika dibandingkan dengan usia di atas 35 tahun keatas. Hasil penilitian ini tidak hanya dari negara tertentu saja, melainkan juga dari berbagai negara dunia.
Sosial-ekonomi menjadi faktor selanjutnya terhadap penilaian kebahagiaan. Di dalamnya terdiri dari faktor pendidikan sebanyak 24% dan juga pendapatan rumah tangga mempengaruhi sekitar 22% kebahagiaan seseorang. Dan faktor terakhir yang ikut ambil bagian dari survei ini adalah status pernikahan.
Menurut survei tersebut status pernikahan mempengaruhi tingkat kebahagian seseorang mencapai 23%. Hasil survei ini tidak terpatok dari gender tertentu. Bisa diartikan status pernikahan masih mempunyai peranannya di kalangan masyarakat modern yang notabene lebih menginginkan hidup secara individual.
Ipsos merupakan sebuah lembaga survei dan penelitian pasar yang mulai berdiri pada tahun 1975 di Prancis. Dengan menggunakan sistem penelitian berbasis metode profesional lembaga ini kemudian berkembang menjadi lembaga riset terkemuka di dunia dan berhasil memasuki berbagai jenis pasar di 85 negara.