Ilmuwan Teliti Obat Campak Baru

By , Selasa, 6 Mei 2014 | 13:33 WIB

Obat antivirus oral terbaru dapat menjadi alat masa depan dalam perang global melawan campak, menurut sebuah studi internasional yang dipublikasikan 3 Mei lalu dalam jurnal Science Translational Medicine.

Di masa depan, obat antivirus oral akan dapat digunakan untuk mengobati orang terpapar oleh virus campak, contohnya keluarga dan teman-teman dari orang yang terinfeksi. Ini akan membantu mengendalikan penyebaran virus secara keseluruhan.

Obat tersebut masih dalam tahap riset uji coba saat ini. Obat telah diuji pada ferret (sejenis musang) yang terinfeksi CDV (canine distemper virus)—suatu klasifikasi virus yang mirip dengan jenis virus campak.

Walau penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum obat ini memasuki uji klinis pada manusia, jika berhasil diharapkan obat bisa membantu upaya memberantas campak dengan mengurangi penyebaran setiap wabah lokal.

Ian Barr, Deputi Direktur WHO Collaborationg Centre for Reference dan Research on Influenza, menyatakan pengembangan obat sedang dilakukan. "Banyak obat-obatan antivirus berhasil (efisein) menghambat virus, tetapi masih ada persoalan efek samping obat," kata Dr. Barr.

Di samping efek samping obat bagi manusia, peneliti juga perlu mengatasi masalah resistensi. Virus yang kerap bermutasi di bawah pengaruh obat memberi risiko itu.

Berdasarkan WHO, campak merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak, meskipun vaksinasi yang aman dan efektif sudah tersedia.

Pada 2012, kira-kira 122.000 orang yang meninggal dunia karena campak dan sebagian besar merupakan pasien anak-anak di umur bawah lima tahun.

Virus ini sangat menular dan menyebar dari udara melalui bersin dan batuk.

Dalam studi disebutkan bahwa ketika berbagi ruang dengan orang yang terinfeksi, orang yang sedang tidak memiliki daya tahan tubuh cukup akan ikut terjangkiti campak. Kemungkinannya hingga 90 persen.