WWF: Masih Ada Harapan untuk Tangani Laju Deforestasi di Jantung Borneo

By , Rabu, 7 Mei 2014 | 12:03 WIB

Tujuh tahun setelah pemerintah Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia menandatangani Deklarasi Heart of Borneo (HoB) untuk melindungi salah satu kawasan hutan hujan yang terpenting di dunia, The Environmental Status Report of the Heart of Borneo 2014 yang dirilis WWF mengungkap tutupan lahan di kawasan Jantung Kalimantan terus menurun dan sesungguhnya laju deforestasi di kawasan ini sesungguhnya meningkat selama 2007-2012.

Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa masih ada waktu bagi baik pemerintah maupun organisasi nonpemerintah untuk untuk mencegah hilangnya hutan yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup spesies, serta penyediaan jasa lingkungan bagi masyarakat di Borneo.

Dari laporan status lingkungan HoB 2014 ini juga terungkap, HoB masih merupakan kawasan dengan luasan lebih dari 17 juta hektare hutan hujan dengan tutupan hutan yang masih berada pada level target 2020. Fondasinya, kemitraan lintas batas dan filosofi yang dibangun oleh Deklarasi HoB masih merupakan dasar yang kuat bagi upaya konservasi hutan-hutan ini.

Deklarasi ini memandang bahwa memilih antara pembangunan atau lingkungan sifatnya tidak berkelanjutan dan sebaliknya bahwa masa depan bergantung pada penyeimbangan kedua hal tersebut melalui ekonomi hijau.

Prabianto Mukti Wibowo, Ketua Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) HoB Indonesia menyatakan, "Meski banyak tantangan di HoB, pemerintah Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia tetap berkomitmen kuat untuk mengatasi laju deforestasi ini. Kita perlu mengubah kecenderungan ini untuk memastikan masa depan yang berkelanjutan. Waktu merupakan esensinya, kita harus bergerak cepat."

"Kita masih punya waktu untuk melakukan perubahan, tetapi harus bertindak sekarang. WWF mengharapkan, khususnya pemerintah kita, adanya Peraturan Pemerintah untuk HoB sebagai Lanskap Strategis Nasional untuk dapat mengatasi tantangan ini," ujar Anwar Purwoto, Direktur Sumatra dan Borneo WWF-Indonesia.

"Kebijakan-kebijakan yang mewujudkan kepentingan sumberdaya alam dan memberikan insentif pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan perlu diformulasikan untuk meningkatkan konservasi di kawasan HoB.

Kelompok masyarakat madani sebaiknya bekerja sama dengan masyarakat lokal karena mereka memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam. Perlu juga melibatkan komunitas bisnis dan mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengadopsi praktik hijau di kawasan ini," demikian Direktur Konservasi WWF-Malaysia Sundari Ramakrishna.

Kawasan HoB merupakan salah satu hamparan hutan hujan terbesar yang tersisa di dunia dan mencakup wilayah otoritas tiga negara di Borneo. Sekitar 6 persen dari keanekaragaman hayati global ada di Borneo. Tiga belas spesies primata telah dicatat, 350 jenis burung dan 15.000 spesies tumbuhan. Ini termasuk satwa kharismatik yang menjadi perhatian global seperti orangutan Kalimantan badak Sumatra dan gajah Asia. Serta spesies endemik seperti rangkong badak (enggang), bekantan, dan bunga Rafflesia raksasa.

Sebagai rumah bagi kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa termasuk bagi gajah, badak dan orangutan ini, Jantung Borneo menyediakan jasa lingkungan bagi sekitar 11 juta orang.

Pentingnya kawasan ini secara formal diakui oleh ketiga pemerintah Borneo melalui Deklarasi di tahun 2007 yang berkomitmen untuk bekerja sama untuk pelestarian Jantung Borneo. Meski secara keseluruhan kawasan HoB lebih baik daripada Pulau Borneo secara keseluruhan, 10 persen (2 juta hektare) hutan HoB telah hilang sejak penandatanganan Deklarasi HoB 2007 ini.

Komitmen ini diperkuat kembali oleh para menteri dalam Deklarasi kedua di tahun 2013.