Virus korona sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) sudah menyebar semakin luas. Karena itu, masyarakat diimbau untuk semakin waspada terhadap penularan virus penyebab radang paru-paru ini. Salah satu bentuk kewaspadaan yaitu dengan mengetahui gejala-gejala infeksinya.
Dokter spesialis paru Diah Handayani mengatakan, gejala MERS mirip dengan influenza. Penderita MERS akan mengalami batuk dan keluar mucus (lendir) yang berlebihan dari hidungnya.
"Bedanya, pada yang terinfeksi MERS juga akan timbul demam tinggi minimal 38 derajat Celcius dan sesak napas," kata dokter dari Divisi Infeksi, Departemen Pulmologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini kepada Kompas Health, Rabu (7/5).
Diah menjelaskan, MERS sejatinya merupakan pneumonia yang disebabkan oleh virus. Pneumonia atau radang paru pada umumnya disebabkan oleh bakteri pneumoni, sedangkan untuk MERS penyebabnya adalah virus korona.
MERS, lanjutnya, juga memiliki kesamaan dengan sindrom pernapasan akut berat (SARS) yang sempat mewabah beberapa waktu lalu. Keduanya sama-sama pneumonia yang disebabkan oleh virus.
"Meskipun gejala pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dan virus sama, namun virus lebih berbahaya daripada bakteri. Ini karena virus penyebab pneumonia tinggi sekali virulensinya," terang Diah.
Virulensi merupakan kemampuan virus menyebabkan penyakit. Pada pneumonia yang disebabkan virus, perkembangan penyakit bisa hanya dalam hitungan jam, bukan hari lagi. Sekali gejala muncul, pasien perlu segera memeriksakan diri untuk mencegah perkembangan penyakit semakin luas. Diah memaparkan, masa inkubasi dari virus hingga menyebabkan penyakit adalah dua hingga 14 hari. Jadi mungkin saja seseorang terinfeksi virus korona MERS di Timur Tengah dan kemudian gejala baru timbul begitu sudah kembali ke negara asal.
Dan, karena miripnya gejala MERS dengan influenza—ia menegaskan supaya setiap orang yang memiliki gejala influenza segera memeriksakan diri.
Lebih-lebih yang mengalami gejala setelah pulang dari Timur Tengah. Dan bukan hanya orang tersebut yang perlu memeriksakan diri, orang-orang terdekat di lingkungan hidupnya pun perlu memeriksakan diri.
Ini karena virus mungkin bisa menular antarmanusia dengan cepat dan mudah dengan batuk, bersin, bahkan berbicara. "Siapa pun yang mengadakan kontak dengan pasien perlu dicurigai, maka perlu juga diperiksa," ujarnya.