AS (50) pulang umrah pada 3 April 2014. Sejak itu, AS mengeluh sakit dada dan sesak napas. Empat hari lalu, ia berobat ke rumah sakit swasta dan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali.
Pasien warga Denpasar itu sempat dirawat intensif di ruang isolasi mulai Selasa (6/5) siang.
Ia meninggal pada hari Rabu (7/5) pukul 01.00 WITA. Dari hasil uji cepat laboratorium FK Universitas Udayana dinyatakan, almarhum negatif terinfeksi virus korona penyebab Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV).
"Pasien negatif virus MERS. Namun, kami menunggu kepastian dari laboratorim di Jakarta karena lebih akurat," papar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya, Rabu malam. Ketentuan nasional, sampel pemeriksaan semua terduag MERS harus dikirim ke laboratorium Badan Litbang Kesehatan-Kementerian Kesehatan.
Hasil uji cepat, kata Suarjaya, pasien tersebut meninggal karena infeksi paru obstruktif kronis. Pihaknya tetap memerikasa kesehatan keluarga pasien terduga MERS yang meninggal.
Sementara itu, Guru Besar Pulmonologi FKUI Menaldi Rasmin menuturkan, virus korona belum dikenal tubuh. Hal ini menyebabkan sistem pertahanan tubuh belum mampu menangkalnya dengan baik sehingga jatuh korban jiwa.
Baca juga: Gejala MERS Mirip Influenza
Saat ini di Indonesia sudah ditemukan kasus meninggalnya beberapa jemaah yang baru pulang ibadah umrah, tapi belum ada yang dipastikan MERS.