Ada pertanyaan menggelitik: apa persamaan antara lalu lintas di darat dan di angkasa di seputar Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang? Jawabannya: sama-sama macet!
Memang sulit membayangkan bahwa di angkasa yang terbentang luas, ternyata ada kemacetan.
Di bandara ini, terutama pada pagi dan sore hari, puluhan pesawat harus antre untuk terbang dan mendarat. Bisa mencapai hitungan puluhan menit.
Kemacetan di udara memang tidak seperti di darat. Pesawat harus tetap terbang dan melaju, dan tentu saja, dalam lintasan yang aman.
Apa biang kemacetan di udara? Kemacetan ditengarai akibat terlalu banyaknya pesawat yang beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta. Landas pacu yang cuma dua dirasa tidak mencukupi sehingga mendesak dibuka satu lagi.
Sampai sekarang program pembangunan runway ketiga sudah ditetapkan. Kapasitas landaas pacu Bandara Soekarno-Hatta akan ditingkatkan dari 52 pergerakan hingga mampu menangani 86 pergerakan pesawat per jam. Pilot diberi waktu 90 detik untuk take off dan 50 detik untuk landing.
Proyek tersebut dimulai sejak 2012. Dan pada bulan Juli tahun depan, diharapkan sudah masuk tahap akhir. Antrean pesawat di darat dan udara pun diharapkan bisa terurai.
Saat kapasitas runway sudah meningkat, apakah itu akan serta-merta meniadakan keterlambatan penerbangan?
Ternyata relatif. Jadi pengaturan lalu lintas penerbangan hanya salah satu faktor saja. Jika hanya satu faktor yang diperbaiki, harus diakui delay masih belum pasti berkurang.
Namun, denagn peningkatan kapasitas runway ini yang pasti adalah faktor keselamatan penerbangan akan meningkat tajam. Efisiensi maskapai juga akan meningkat tajam, dan ujung-ujungnya bisa menurunkan harga jual tiket pesawat.