Kata siapa anak muda Indonesia masa kini telah melupakan kebudayaan lokal? Buktinya ada sekelompok mahasiswa yang berusaha mempertahankan musik khas Minangkabau dengan gaya mereka sendiri.
Adalah Macuru Art Community, sekelompok mahasiswa Institut Seni Indonesia Padang dari jurusan Karawitan dan Tari. Mereka memainkan alunan musik khas Minang yang berbeda. Mereka tidak meninggalkan sisi tradisional musik Minang yang kental dengan dentingan talempong, tambuang, dan tasa.
Satu hal yang unik, mereka memadukan alat musik pukul asal Brasil, Jimbe, dan alat musik pukul asal Turki, Darabuka. Belum lagi mereka memasukkan unsur Tiongkok melalui seruling.Hasilnya, dentuman Jimbe memberikan warna musik Brasil, sedangkan dentingan talempon mempertegas warna musik Minang.
Meski memainkan musik tradisional, penampilan Macuru Art Community cukup mengundang perhatian dari wisatawan yang sedang menikmati area taman di sekitar Jam Gadang, Bukit Tinggi, Sumatera Barat.
Tidak hanya mendendangkan alunan musik khas Minang, Macuru Art Community juga menampilkan tarian. Tarian itu dibawakan oleh anggota perempuan, sedangkan anggota pria memainkan alat musik.
"Kita memang memainkan musik-musik Minang. Kita mengembangkan musik Minang dengan selera sendiri agar musik ini semakin dikenal luas," ujar Arif salah seorang anggota.
Komunitas ini sudah berdiri selama dua tahun. Setiap akhir pekan, mereka mentas di area taman Jam Gadang yang menjadi ikon Bukit Tinggi. "Kita tidak pernah diusir (oleh Satpol PP). Kita jual budaya," kata Arif.