Pusat Arkeologi Nasional melanjutkan ekskavasi Gua Harimau di Sumatra Selatan pada Mei ini.
Kali ini, ekskavasi dilakukan secara vertikal untuk menelusuri jejak atau peninggalan Homo sapiens tertua di Sumatra. Jejak Homo sapiens sebelum zaman es awal atau holosen tidak pernah ditemukan selama ini.
Arkeolog prasejarah dari Pusat Arkeologi Nasional Harry Truman Simanjuntak, mengatakan, ekskavasi Gua Harimau dimulai sejak 2009 dengan hasil sangat menjanjikan, yaitu ditemukannya jejak-jejak hunian manusia yang diduga kuat sebagai leluhur langsung Nusantara.
"Selama ini, Sumatra tidak pernah punya data tentang hunian manusia sebelum masa holosen. Dalam ekskavasi kali ini, kami akan mengangkat semua kerangka manusia yang ditemukan di Gua Harimau kemudian fokus melakukan ekskavasi vertikal, ke dalam," ucap Truman, Minggu (11/5), di Jakarta.
Ekskavasi terakhir menemukan 76 kerangka manusia di dalam Gua Harimau. Menurut Truman, masih banyak ruang lain di gua itu yang belum digali. "Jika diekskavasi secara horizontal, diduga masih akan terus menemukan tulang-tulang. Karena itu, kami akan membatasi ekskavasi secara vertikal saja untuk mengetahui konteks kubur yang ternyata usianya bermacam-macam mulai 3.500 hingga 1.500 tahun lalu," ujarnya.
Agar tak rusak oleh sentuhan manusia, binatang, dan cuaca, semua tulang belulang manusia beserta aneka macam peninggalan di gua akan dipindahkan ke museum lapangan Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan di kampung terdekat Gua Harimau.
Arkeolog Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Daud Tanudirjo menambahkan, penemuan kerangka-kerangka Homo sapiens di gua itu penting karena jumlahnya sangat banyak di satu lokasi. Banyak aspek bisa dikaji mulai dari urutan kematiannya hingga kemungkinan wabah penyakit. "Pola-pola itu harus ditemukan," kata Daud.