Mari Kita Hormati Ritual Detik-detik Waisak

By , Rabu, 14 Mei 2014 | 21:12 WIB
()

Hari Kamis (15/5) merupakan puncak perayaan Tri Suci Waisak 2558 yang dipusatkan di Candi Borobudur, Jawa Tengah. Prosesi Waisak sendiri sudah dimulai sejak Selasa (13/5), dengan pengambilan air suci dan api dharma di tempat terpisah.

Pengambilan air suci yang menyimbolkan penyucian diri dan sumber kehidupan dilakukan sejumlah biksu di Umbul Jamprit, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Sementara itu, api dharma diambil di Mrapen, Kabupaten Purwodadi, Jawa Tengah. Sebelum dibawa ke Candi Borobudur, air suci dan api dharma disemayamkan di Candi Mendut, Magelang, pada Selasa sore.

Hari berikutnya, ratusan biksu dari dalam negeri ataupun dari sejumlah negara, seperti Australia, Jepang, Korea, dan Swedia, melakukan pindapatta mulai pukul 07.00. Mereka berjalan dari tempat ibadat Tri Dharma Liong Hok Bio lalu menelusuri kawasan pecinan sejauh sekitar satu kilometer. Warga kota Magelang dan sekitarnya mengulurkan derma kepada mereka yang menjalani prosesi tersebut. Pada sore hari barulah dimulai arak-arakan menuju Candi Borobudur.

Acara seremonial Waisak yang akan dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menurut rencana dimulai pukul 19.00. Pukul 22.00 hingga pukul 00.00, umat Buddha beristirahat di tenda masing-masing, menunggu detik-detik Waisak yang akan jatuh pada pukul 02.15.

Ritual detik-detik Waisak dimulai pukul 01.00 hingga Pukul 02.30 di altar utama di zona 1 Candi Borobudur. Setelah itu, para biksu melakukan pradaksina dengan berjalan mengelilingi candi. Prosesi Waisak diakhiri dengan pelepasan ribuan lampion.

(Deddy Dwi Purnomo/fotokita.net)

Rangkaian upacara itu tentu saja menarik warga sekitar dan para pendatang untuk menyaksikan dari dekat. Berbagai komentar di linimasa Twitter pun bermunculan untuk mengingatkan pengunjung, terutama mereka yang ingin memotret agar merekam video, supaya tidak mengganggu jalannya prosesi keagamaan itu.

Pengelola Taman Wisata Candi Borobudur melalui akun @BorobudurPark menuliskan imbauan agar pengunjung menghormati kegiatan keagamaan tersebut. "Ritual Waisak bukan tontonan maupun kegiatan wisata, tp adalah kegiatan keagamaan yang harus dihormati sehingga berjalan hikmat". "Bl ingin mlakukan dokumentasi foto, mhn dlakukn dgn bijak. Dgn tdk mengambil foto dr jarak dkt, shg tdk mngganggu konsentrasi umat".

Pemilik akun @BiniBuleID menulis, "Tolong, ya, yang mau ke #Borobudur dan #Waisak perilakunya dijaga. Ini ibadahnya orang, bukan sirkus". Hal senada dikatakan Angga Dwijayanti @anggadwijayanti, "mari gunakan akal & hatinya, hormati kepercayaan & prosesi ibadah umat lain".

Sijo Sudarsono @Sijo_su juga mengingatkan "untuk klub fotografi yg akan hunting ke acara #Waisak di Borobudur, semoga belajar dr banyaknya makian pd fotografer yg bikin krodit acara".

Semangat untuk mendapatkan gambar yang bagus seringkali membuat pemegang kamera abai terhadap etika dan sikap respek. Mungkin karena alasan itu, Shodiq Suryo Nagoro @shodiqsn dalam kicauannya menautkan panduan memotret prosesi Waisak tanpa mengganggu umat yang sedang beribadah.