AirAsia Akan Gunakan Sistem Interpol untuk Periksa Paspor Penumpang

By , Kamis, 15 Mei 2014 | 08:57 WIB

Maskapai berbiaya rendah teratas di Asia, Air Asia, mengatakan Selasa (13/5) akan menjadi maskapai pertama di dunia yang memeriksa paspor semua penumpang dan mencocokkannya dengan bank data global milik Interpol terhadap 42 juta dokumen yang dicuri atau hilang, pada akhir bulan ini.

Hilangnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 mengungkap adanya celah besar dalam keamanan penerbangan ketika dua penumpang ditemukan telah masuk ke dalam pesawat dengan paspor curian. Interpol mengatakan memiliki informasi tentang pencurian paspor tersebut namun pihak berwenang tidak memeriksa data mereka.

AirAsia, yang juga berpusat di Malaysia, mengatakan akan menggunakan sistem Interpol "I-Checkit" untuk memeriksa paspor ketika para penumpang mendaftar. Hal ini akan dilakukan pada ke-600 penerbangan internasional setiap harinya yang menggunakan 100 bandar udara di seluruh wilayah, menurut perusahaan itu.

"AirAsia telah membuat standar baru keamanan pesawat terbang," menurut Sekretaris Jenderal Interpol Ronald K. Noble, yang dikutip AirAsia. "Hal ini akan menaikkan standar di seluruh industri untuk keamanan dan keselamatan penumpang."

AirAsia mengatakan tidak ada data pribadi yang dikirimkan ke Interpol selain nomor paspor dan negara penerbit paspor. Jika ada kecocokan dengan basis data, otoritas lokal dan Interpol akan diberi tahu, ujarnya.

Kurang dari 10 negara melakukan penyaringan sistematik dokumen perjalanan yang dicocokkan dengan basis data Interpol. Lebih dari satu miliar kali tahun lalu orang-orang naik ke pesawat dengan data yang tidak dicocokkan dengan basis data Interpol tadi, menurut organisasi polisi internasional tersebut.

"Perusahaan penerbangan tidak akan lagi harus bergantung pada negara-negara yang menyaring paspor untuk membuat penumpang aman dari teroris dan kriminal lain yang menggunakan paspor curian untuk menaiki pesawat. Seperti AirAsia, mereka akan dapat melakukannya sendiri," ujar Noble.

Polisi Malaysia mengatakan bahwa dua pria yang bepergian memakai paspor curian dengan Malaysia Airlines penerbangan 370 adalah warga Iran yang ingin bermigrasi ke Eropa secara ilegal dan mereka bukan teroris.

Boeing 777 dengan 239 orang di dalamnya itu terbang ke Beijing dari Kuala Lumpur pada 8 Maret ketika menghilang. Pemerintah Malaysia mengatakan posisi terakhir pesawat itu adalah di tengah Samudera Hindia, sebelah barat Perth, Australia. Namun pesawat ini sampai saat ini belum ditemukan.