Ingin Tahu Perkembangan Pembuatan Pesawat R-80?

By , Senin, 19 Mei 2014 | 10:00 WIB

Banyak orang yang menunggu kapan pesawat R-80 yang merupakan pengembangan dari pesawat N250 buatan Bacharudin Jusuf Habibie atau yang lebih familiar disapa BJ Habibie, bisa beroperasi. Barangkali ada kerinduan yang amat sangat dalam hati rakyat Indonesia terhadap karya-karya anak bangsa yang mampu diakui dan diterima oleh dunia.

PT Regio Aviasi Industri (RAI), perusahaan industri pesawat terbang di mana BJ Habibie duduk sebagai Ketua Dewan Komisarisnya, sedang membuat pesawat R80 yang sudah dimulai dari tahun 2013 lalu.

Komisaris PT RAI Ilham Habibie yang merupakan putar BJ Habibie mengatakan, pembuatan desain awal pesawat R80 akan selesai pada tahun ini. "Jadi akhir tahun ini kita sudah punya desain yang menyeluruh," ujar Ilham saat ditemui setelah menghadiri acara diskusi di Jakarta, Sabtu (17/5).

Saat selesainya fase awal akhir tahun nanti, PT RAI akan menentukan pilihan komponen-komponen apa saja yang akan dipakai oleh pesawat R-80 tersebut. Menurut pria yang lahir di Aachen, Jerman itu, komponen-komponen pesawat berkapasitas 80 penumpang tersebut hingga kini belum ditentukan.

"Pada akhir tahun kita sudah pilih dimana komponen-komponen yang saat ini belum kita hadirkan dari mana. Misalkan engine-nya dari mana, kokpitnya dari mana, kita sudah punya desain," ucapnya.

Ilham menuturkan, pemilihan pesawat baling-baling untuk tranportasi udara di Indonesia, memiliki keuntungan tersendiri. Menurutnya, meskipun pesawat baling-baling lebih lambat daripada pesawat bermesin jet, namun dalam penggunaan bahan bakar pesawat baling-baling lebih hemat.

Hal tersebut disesuaikan juga dengan kontur wilayah serta rute-rute di Indonesia yang cenderung pendek-pendek. Jadi menurutnya akan lebih efektif menggunakan pesawat berbaling-baling ketimbang pesawat bermesin jet.

Ilham menjelaskan, ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh PT RAI hingga R-80 mampu terbang menjelajahi langit nusantara. Tahap pertama adalah tahap pembuatan desain pesawat yang membutuhkan waktu dua tahun, tahap kedua adalah pembuatan prototype pesawat selama tiga tahun dan tahap ketiga yang merupakan tahap terakhir adalah tahap pengujian pesawat yang diperkirakan memakan waktu dua tahun.

Dengan demikian, menurut pria yang mendapatkan gelar Doktor dari Technical University Of Munich ini, pembuatan pesawat tersebut bisa memakan waktu enam tahun.

"Dari awal desain sampai jadi itu totalnya bisa 6-7 tahun. Kita mulai 2013 desain selesai akhir tahun ini, 2017 kita meluncurkan prototype-nya, setelah itu dilakukan pengujian, itu kurang lebih dua tahun, maksimal ya 2019 (beroperasi)," ucapnya.

Ilham mengatakan, pembuatan pesawat memang membutuhkan waktu cukup lama. Kemudian ia mencontohkan Boeing 737. "Tapi itu memang begitu gak bisa cepat-cepat, kalau kita lihat sebagai contoh, tahu pesawat 737 buatan Boeing kan, tahu gak dibuat tahun berapa? Itu tahun 1965, itu sampai sekarang masih terbang kan, sudah 50 tahun dibuat, tentu terus diupdate, mesinnya dan sebagainya, tapi desainnya kan sama itu," tandasnya.

Sementara mengenai kontrak bisnis, ia mengaku belum memiliki kontrak dengan perusahaan airline nasional maupun internasional. Penandatangan pemesanan 100 pesawat oleh NAM Air dan 25 pesawat oleh Kalstars hanya sebatas kesepakatan (MOU) dan belum berbentuk kontrak.

"Jadi kalau mau jual pesawat belum bisa karena belum tahu harga, kalau sudah kontrak kan sudah pasti." katanya sambil tersenyum.