Ekskavasi tim Pusat Arkeologi Nasional sejak tahun 2009 telah menemukan total 76 tulang Homo sapiens yang hidup di Gua Harimau dan sekitarnya. Bekerjasama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, tim arkeolog kini akan melakukan analisis DNA dari tulang itu.
"Kita ingin mengetahui hubungan antara manusia di gua ini dengan manusia sekarang dan manusia-manusia lain di seluruh nusantara," kata Harry Truman Simanjuntak, arkeolog Pusat Arkeologi Nasional.
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Herawati Sudoyo, Senin (19/5), mengatakan bahwa analisis genetik akan dimulai segera setelah sampel DNA diambil.
"Sabtu ini saya akan berangkat. Di lokasi, kita akan pilah mana bagian yang bisa digunakan. Sampel DNA akan kita ambil dari tulang gigi, kalau ada, atau kalau tidak dari bagian tulang padat," kata Herawati.
DNA yang nantinya diambil akan diisolasi terlebih dahulu sebelum diperbanyak dengan bantuan enzim. Selanjutnya, DNA akan diurutkan dan dibandingkan dengan pusat data DNA manusia Indonesia yang telah dimiliki Eijkman.
"Saat ini kita sudah memiliki database dari berbagai wilayah nusantara, mulai dari Gayo untuk wilayah yang paling barat sampai sejumlah wilayah Indonesia Timur," ungkap Herawati.
Herawati mengatakan, paduan data genetik dan analisis karbon akan mampu mengungkap identitas manusia Goa Harimau, asal usulnya dan kekerabatannya dengan manusia sekitar situs itu saat ini.
Herawati mengatakan, bila usia kerangka antara 1.500 - 3.500 tahun, maka kerangka itu adalah milik manusia yang bermigrasi ke nusantara dari wilayah Taiwan purba. Bila usianya hingga 20.000 tahun, kerangka itu mungkin milik manusia pertama yang bermigrasi ke nusantara dari Afrika.
Harry mengungkapkan, sejauh ini, analisis karbon mengungkap bahwa usia 76 kerangka yang ditemukan sekitar 3.500 tahun.