Anda mungkin bertanya-tanya, apa peran para anjing militer dalam perang? Kisah ini salah satu contohnya.
Setiap hari, gelombang pesawat Jepang menyerang lapangan udara Sekutu di Teluk Lingayen di Luzon, pulau terbesar dari Kepulauan Filipina. Serangan itu mengambil jalur komunikasi, dan komandan Amerika sangat perlu menjalankan saluran telepon melalui pipa yang membentang sekitar 70 meter di bawah tanah dari dasar ke tiga skuadron terpisah, tetapi mereka tidak memiliki peralatan yang memadai.
Pipa itu hanya berdiameter 20 sentimeter, dan satu-satunya cara untuk menempatkan saluran di tempat itu harus dilakukan dengan tangan. Dapat dibayangkan, perlu lusinan pria untuk menggali parit agar bisa meraih kabel bawah tanah. Pekerjaan berbahaya yang akan memakan waktu beberapa hari dan bisa membahayakan mereka karena serangan tetap musuh.
(Baca juga cerita feature tentang anjing perang)
Jadi sebagai gantinya, mereka menggantungkan harapan pada jalan keluar yang tidak konvensional: mengirim seekor anjing kecil —terrier Yorkshire— melalui pipa dengan benang layang-layang yang terkait pada gelang lehernya.
Benang itu kemudian dapat digunakan untuk menalikan kabel melalui pipa. Tugas berat untuk memanggil, membujuk si anjing kecil didampingi pemiliknya, Kopral Bill Wynne, pemuda asli Ohio berusia 22 tahun, yang telah mengadopsinya ketika tengah berada di Papua Nugini.
Ketika mencapai sisi lain, jaringan komunikasi terbentuk, dan si anjing kecil sangat dihargai karena menyelamatkan nyawa sekitar 250 pria serta 40 pesawat hari itu. Namun dalam tahun-tahun mendatang, si Yorkie kecil akan pula mencapai pujian jauh lebih besar, karena ia berperan dalam pengaruh penyembuhan untuk tentara terluka.