Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Sangat Terancam

By , Kamis, 22 Mei 2014 | 16:29 WIB
()

Pulau-pulau kecil di Indonesia adalah harapan masa depan ekonomi bangsa. Akan tetapi keberadaannya terancam oleh perubahan iklim dan pemanfaatan yang merusak, seperti pertambangan.

Jasa lingkungan dari pulau-pulau kecil dapat menjadi potensi pembangunan berkelanjutan, terutama dari sisi wisata bahari. "Kita nomor 1 di dunia," kata Basuki Rahmad, Program Officer Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Yayasan KEHATI, Kamis (22/5).

Menurutnya, wisata bahari dalam bentuk ekowisata mempunyai potensi besar karena dapat memberdayakan ekonomi masyarakat, investasinya untuk membangun ekowisata tidak besar, dan ramah lingkungan.

Wisata Bahari di Pulau Morotai, yang berada di bibir Samudra Pasifik (Ricky Rusli)

Salah satu contoh yang pernah dikembangkan oleh Yayasan KEHATI adalah ekowisata di Maratua. Secara mandiri masyarakat desa telah berhasil mengembangkan ekowisata tersebut. Bahkan, empat desa bersepakat untuk membuat PT yang menjalankan bisnis ekowisata tersebut. Masing-masing desa mempunyai saham dan mendapatkan keuntungan dari usaha ini.

"Selama ini, sektor ekowisata masih belum terbangun," ujar Basuki.

Dari sisi lain, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP3K-KKP) pernah mencatat bahwa dari sektor perikanan potensi di pesisir dan pulau-pulau kecil bisa mencapai USD47 miliar per tahun. Kemudian dari sektor pariwisata nilainya bisa mencapai USD29 miliar.

Meskipun, potensi-potensi tersebut harus menghadapi ancaman yang harus segera dicarikan solusinya. Pemanasan global yang mengakibatkan cairnya es di kutub dan akhirnya membuat muka laut menjadi lebih tinggi dapat menenggelamkan pulau-pulau kecil di Indonesia.

Selain itu, pemanasan global juga memberi dampak pada kerusakan terumbu karang. Makhluk laut ini sangat rentan pada perubahan suhu di laut.

"Terumbu karang memiliki karakteristik unik yang hanya hidup pada suhu yang tepat. Perubahan suhu akan mengakibatkan kerusakan tubuh terumbu karang", ujar Basuki.

Hal ini menjadi lebih buruk bagi pulau-pulau kecil di Indonesia dengan kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Padahal proses pertumbuhan terumbu karang rata-rata 1 sentimeter untuk setiap tahunnya. Dapat dibayangkan jika kerusakan menimpa 5 meter terumbu karang, maka pemulihannya bisa mencapai waktu 500 tahun.

Terumbu karang merupakan organisme yang sangat penting bagi pulau-pulau kecil. Tubuh mereka yang keras dapat menjadi benteng bagi pantai atau pulau dari gerusan arus laut. Jika tidak ada karang yang melindungi maka pengikisan pantai akan semakin cepat terjadi. Selain itu, rusak atau hilangnya terumbu karang juga mempengaruhi produksi perikanan, sebab ikan melakukan pemijahan di sekitar karang. Tanpa adanya karang, ikan-ikan ini akan pergi dan sulit untuk ditangkap.

Ancaman lain dari kegiatan manusia, di antaranya reklamasi pantai serta berubahnya muka tanah di pulau-pulau kecil karena perkebunan dan pertambangan. Pulau-pulau kecil yang tersebar di seluruh Indonesia ini juga memiliki isu serius dari sisi kedaulatan negara.

Dinyatakan pula oleh pihak KEHATI, bahwa masih banyak pulau-pulau berpenghuni yang belum mendapatkan perhatian serius pemerintah. Mereka merasa diambil sumber dayanya akan tetapi tidak mendapatkan imbal balik yang setimpal.