Paus Fransiskus, Minggu (25/5), memberikan dukungan kuat kepada Palestina untuk merdeka. Menurut dia, sekarang adalah saatnya mewujudkan perdamaian di tanah tersebut. Ada banyak makna simbolis dan kejutan dari Paus Fransiskus untuk Israel dan Palestina, dalam kunjungan tiga harinya ke Bethlehem ini.
"Aku bersamamu," kata Paus kepada sekelompok anak-anak Palestina di kamp pengungsian di Bethlehem. Dia juga menggelar makan siang pribadi dengan lima keluarga Palestina yang dirugikan Israel.
Bahkan kedatangan Paus di Bethlehem, langsung dari Yordania dengan menumpang helikopter, memiliki makna simbolis yang penting. Kedatangan Paus sebelumnya sejak Israel menduduki wilayah Itu pada 1967, selalu dilakukan lewat Israel.
Para pejabat Palestina memuji keputusan Fransiskus menggunakan frasa "negara Palestina".
Warga Palestina menyambut kedatangan Paus dengan sorak-sorai meneriakkan, "Viva al-Baba!" atau "Hidup Paus!". Bendera Palestina berukuran raksasa, perpaduan warna putih, hijau, dan hitam, menghiasi alun-alun di Betlehem bersama dengan bendera kuning-putih Vatikan.
Alun-alun di Bethlehem ini merupakan "rumah" bagi Gereja Kelahiran Kristus, gereja yang dibangun di atas gua yang berdasarkan tradisi merupakan tempat Yesus dilahirkan.
Berdampingan dengan Abbas selama upacara penyambutan, Fransiskus menyatakan, "Waktunya sudah tiba untuk mengakhiri situasi ini, yang telah menjadi semakin tidak dapat diterima." Israel dan Palestina, ujar dia, harus berkorban untuk mendirikan dua negara, dengan perbatasan yang diakui internasional berdasarkan kerja sama keamanan dan pemenuhan hak untuk semua orang.
Fransiskus mendesak pula Israel dan Palestina untuk menahan diri dari setiap tindakan yang akan menggagalkan perdamaian. Dalam sambutan balasannya, Abbas menyatakan keprihatinannya atas macetnya upaya perdamaian beberapa waktu lalu. Abbas pun menyesalkan kondisi sulit yang harus dihadapi Palestina serta harapannya pada perdamaian.
Dalam pidatonya, Abbas menyambut intervensi dan inisiasi kepausan untuk perdamaian ini. "Kami menyambut setiap inisiatif dari Anda untuk membawa perdamaian menjadi kenyataan di Tanah Suci," ujar dia.
Sesudah pertemuan tersebut, dengan kendaraan beratap terbuka, Paus berhenti di tembok pemisah di Tepi Barat, yang mengelilingi Bethlehem dari tiga sisi. Israel menyatakan bangunan itu adalah standar keamanan mereka.
Sebaliknya, orang Palestina menyatakan tembok itu telah mencaplok tanah mereka dan mematikan perekonomian Palestina. Fransiskus meletakkan tangannya di dinding, menundukkan kepala, dan mengucap doa singkat, dengan menyitir "Palestina merdeka".
Kejutan lain adalah bahwa Paus Fransiskus menggagas pertemuan bagi Abbas dan Presiden Israel Shimon Peres. Dia mengundang kedua pemimpin negara itu ke Vatikan untuk menggelar doa pagi bersama, memohon perdamaian di tanah mereka.