Menjelajahi Algarve, Portugal selatan, bagai menikmati wajah lain dari Eropa. Iklimnya hangat ketika tempat-tempat lain di Eropa masih basah. Minggu kedua Mei lalu, kota Muenchen, Jerman, diguyur hujan lebat, sementara Algarve cerah dengan suhu rata-rata 25-30 derajat Celsius.
Algarve berasal dari nama Arab, yakni Al-Gharb, yang berarti barat. Kawasan ini menawarkan pengalaman menarik. Bukan hanya cuacanya, melainkan juga desain bangunan, nama-nama tempat, kekayaan kuliner, dan keindahan alamnya. Tidak heran, banyak warga Eropa melewatkan liburan musim panas ke Algarve.
Kompas bertualang ke kawasan eksotik ini dengan mobil terbaru BMW tipe The New M3 dan M4. Keindahan alam Algarve berpadu dengan keramahan yang ditunjukkan Paula (40) di sebuah rumah makan di tepi Sungai Guardiona, Aletenjo, kawasan yang berdekatan dengan Spanyol.
Ketika itu, para tamu menikmati makanan yang disajikan Paula. Mereka membicarakan sebuah bangunan kokoh ke seberang sungai, yakni Benteng Mertola. Benteng ini berdekatan dengan Gereja Ibu (Igreja Matriz dalam bahasa Portugal). Bangunan itu didirikan ketika Kesultanan Almohad berkuasa antara abad ke-12 dan abad ke-13.
Dari jendela (orang Portugal menyebut janela), terlihat hamparan luas padang rumput yang menjadi latar depan. Tidak jauh dari tempat Paula, sekumpulan burung elang sesekali terbang rendah. Kawanan burung itu membuat sarang dari semak dan rumput kering di bangunan dan pepohonan.
Aletenjo cocok bagi pengunjung yang ingin melihat keragaman burung sebelum migrasi ke tempat lain. Burung-burung itu dari spesies elang, bangau, kuntul, dan burung puyuh.MuseumTidak lengkap perjalanan Anda di Algarve jika tidak mampir ke Museum Kota Faro. Museum ini menyimpan cerita runtut sebelum abad ke-8, periode pengaruh Islam, masuknya kekuasaan Romawi, hingga sekarang. Rekaman ini tertuang dalam beberapa peninggalan, seperti manuskrip, lampu, bangunan, hingga lukisan.
Bangunan museum kental dengan pengaruh Islam dan Romawi. Atap gedung berupa kubah, begitu pun selasar di dalam gedung dengan bentuk yang sama. Sementara pengaruh Romawi diperlihatkan dengan berdirinya pilar-pilar dengan patung hewan dan manusia di puncaknya.
Di kota ini pula berdiri bangunan menarik yang dibuat setelah abad ke-13. Salah satu yang favorit dikunjungi wisatawan adalah Gereja Katedral Faro. Pintu gerbang gereja ini dibuat megah oleh arsitek Italia bernama Fransisco Xavier Fabrisob. Gerbang gereja dibangun dari susunan batu bata melengkung membentuk setengah lingkaran.
Melengkapi petualangan ini, Anda bisa berbelanja oleh-oleh di kota Faro dan Portimao yang dapat ditempuh melalui jalan darat. Ada banyak gerai merek global di dua tempat itu, begitu pun produk makanan ataupun suvenir khas Portugal.
Sepanjang perjalanan hamparan padang rumput, bukit-bukit kecil, sungai, rumah warga menjadi pemandangan menarik. Sesekali kami berbincang, membicarakan penduduk Algarve yang terlihat sepi. Hanya beberapa kendaraan yang sesekali lewat selama perjalanan.
Pelaku industri wisata di Algarve sangat kreatif. Mereka memanfaatkan kulit beragam jenis kayu untuk tas jinjing, dompet, gantungan kunci, dan pembungkus cokelat.
Menuju kota Faro bisa melalui jalan darat dari Spanyol atau jalur udara. Selama perjalanan, Anda tidak perlu khawatir kemalaman karena di kota ini tersedia penginapan dari kelas losmen hingga hotel berbintang. Namun, jika ingin menginap, pilihlah di dekat pusat kota atau di pinggiran pantai yang menghadap ke Laut Atlantik.
Keindahan pantai Algarve itulah yang memikat hati Pacu Madonia (50), warga Spanyol, menghabiskan waktu bersama istri. Ketika itu, Madonia memancing ikan di pantai Albufeira, sekitar 30 kilometer dari Faro. Sementara istrinya menunggu di tikar sambil membaca buku. Sesekali mereka berbincang menikmati kue dan minuman sambil menunggu umpan pancing disantap ikan.
Menjelang matahari terbenam, Pacu larut dalam kedamaian pantai Albufeira. Kedamaian itu sulit dicari ketika kawasan ini menjadi perebutan penguasa masa lalu.