Seorang akademisi asal Amerika Serikat bertahan dari siksaan berat selama enam jam, setelah jatuh terperosok ke jurang es sedalam 20 meter di pegunungan Himalaya, Nepal.
John All, peneliti dari Universitas Kentucky, tengah mengumpulkan sampel salju di Gunung Himlung, yang terletak di dekat Gunung Everest, saat ia tiba-tiba terperosok.
Tubuhnya membentur dinding jurang, sehingga mematahkan lengan dan lima tulang rusuknya serta menggeser tulang bahu. Ia menghabiskan lima jam dengan kapak es untuk mengeluarkan dirinya dari jurang tersebut.
Akhirnya ia berhasil kembali ke tenda, dan kemudian terhubung dengan media sosial Facebook yang dia gunakan untuk meminta tolong.
"Tolong panggil 'Global Rescue' (perusahaan internasional penyedia evakuasi medis). John patah tulang di lengan, rusuk, mengalami pendarahan internal. Mendaki. Jatuh ke kedalaman 70 kaki. Tenda Himlung 2. Mohon segera datang," tulis John di status akun Facebook-nya.
John harus menunggu 17 jam sebelum akhirnya sebuah helikopter datang dan mengevakuasinya ke rumah sakit.
"Yang paling parah adalah harus menderita pergeseran bahu selama 32 jam sebelum akhirnya dioperasi. Rasa sakit terparah yang pernah saya rasakan. Saya mendarat dengan lengan kanan, jadi kedua kaki saya, secara menakjubkan, tak mengalami rasa sakit," katanya.
Dalam sebuah wawancara dengan media Inggris, John mengatakan, ia sudah merasa hampir mati.
"Setelah saya kembali bernafas, dan bisa mendaki jurangnya serta melihat kondisi yang ada saat itu, saya langsung tahu seberapa parah luka yang saya alami. Saya merasa sekarat. Tulang rusuk saya benar-benar sakit, sangat sulit untuk bernafas. Saya merasa hampir mati. Tak ada jalan untuk keluar dari jurang es itu," kisahnya.
Ia bercerita bahwa, kini, ia merasa seperti menjalani hidup baru. "Sekarang saya benar-benar bisa menghargai hidup dan berada di sekitar teman-teman serta keluarga saya," ujarnya.