CIA Sepakat Tidak Lagi Pakai Program Vaksinasi untuk Operasi Rahasia

By , Rabu, 28 Mei 2014 | 13:06 WIB

Gedung Putih telah berjanji CIA tidak akan lagi menggunakan program vaksinasi untuk operasi-operasi rahasia. Ini merupakan respon terhadap keputusan CIA ketika melancarkan tipu muslihat di Pakistan, sebelum serangan AS yang menewaskan Osama bin Laden, tiga tahun lalu.

Dekan-dekan dari 12 fakultas sekolah kesehatan terkemuka telah mengeluhkan laporan ada laporan bahwa badan intelijen AS itu telah menggunakannya untuk memburu Osama bin Laden.

Menanggapi keluhan mereka, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Caitlin Hayden mengatakan, penasihat keamanan dalam negeri Lisa Monaco telah meyakinkan kembali para dekan itu dalam sebuah surat di minggu lalu, bahwa kebijakan CIA per Agustus 2013 menekankan "CIA tidak akan memakai mengadakan operasi menumpang program vaksinasi, termasuk pekerja vaksinasi."

Monaco mengatakan kepada para dekan, CIA telah sepakat tidak lagi menggunakan program vaksinasi atau pekerja dengan tujuan intelijen. CIA juga setuju kalau bahan genetik yang diperoleh melalui program tersebut tidak digunakan.

Rekrut untuk misi rahasia

Di tahun 2011, CIA merekrut seorang dokter bedah Pakistan Shakil Afridi, untuk melancarkan misi rahasia, lewat program vaksinasi hepatitis di sebuah kota Pakistan. Pada saat itu, program vaksinasi dengan cara survei imunisasi hepatitis di kota tempat tinggal bin Laden dibuat untuk menyamarkan tujuan mendapatkan sampel DNA milik bin Laden. 

Menurut lansiran koran Washington Post, CIA mengatur survei itu demi mencoba mendapatkan cairan berisi DNA dari kerabat yang tinggal dekat rumah bin Laden. Upaya tersebut gagal, dan Shakil Afridi, dihukum penjara.

Afridi dihukum karena pengkhianatan, dan dipidana 33 tahun kurungan penjara di Pakistan. Pada tahun 2013, hukuman tersebut dibatalkan. Saat ini, Afridi menghadapi pengadilan uang.