Teladan Luis Garcia Saat Melatih Anak Jalanan

By , Jumat, 30 Mei 2014 | 09:40 WIB
()

Luis Garcia, pemain sepak bola Liverpool FC yang mempersembahkan gelar juara Liga Champions 2005 hadir di Jakarta. Rabu (28/5/14) kemarin pagi ia bersama dua pemain sepakbola legendaris Liverpool FC lainnya, Phil Thompson dan Dietmar Hamann menyempatkan diri untuk memberikan Coaching Clinic kepada anak-anak jalanan yang dibina oleh rumah singgah Himmata, rumah singgah KDM dan British Council Indonesia.

Kegiatan ini dilaksanakan di Hanggar Futsal atas prakarsa Garuda Indonesia yang akan menjadi sponsor resmi Liverpool FC pada musim kompetisi 2014-2015. Yang menarik dari kegiatan ini adalah sikap para legendaris sepak bola yang sangat profesional. Mereka sadar betul bahwa yang membesarkan mereka adalah industri sepak bola. Ini berkaitan dengan banyak hal-hal lain seperti peraturan-peraturan, klub dan manajemennya, sponsor, media dan tentu saja penggemarnya.

Mereka menghormati aturan-aturan yang dibuat penyelenggara dan juga sponsor, menghargai para wartawan dan penggemar mereka. Terlihat mereka bersungguh-sungguh mengikuti apa yang telah diagendakan. Berkomunikasi dengan penggemar dan melayani pertanyaan wartawan. Bahkan mereka sangat dekat saat melatih dan bermain bola bersama anak-anak jalanan, seperti tak berjarak.

Lihatlah Luis Garcia yang begitu cair dengan anak-anak jalanan. Walau mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda tapi tak menghalangi ia dan anak-anak untuk berkomunikasi. Ia sering mencandai anak-anak yang dilatihnya. Bahkan pada suatu kesempatan ia membantu seorang anak yang kesusahan mengikat tali sepatu karena talinya kepanjangan.

Di akhir sesi latihan ia sempat bernyanyi bersama dengan seorang anak jalanan yang melantunkan lagu kebanggaan Liverpool FC, 'You'll never walk alone'.

Sikap profesional yang ditunjukan Luis Garcia ini mendapat perhatian dari salah satu fotografer olahraga kenamaan Indonesia, Peksi Cahyo, yang menuliskan di status media sosial miliknya. Ia membandingkan sikap Luis Garcia ini dengan pemain sepakbola di Indonesia yang sangat sulit untuk distop untuk wawancara. Peksi lebih lanjut menuliskan bahwa semua akan diuntungkan kalau semua pihak termasuk  pemain sepakbola bersikap profesional.  “Bandingkan dengan Luis Garcia yang bisa menghormati pekerjaan jurnalis dan melayani 2-3 pertanyaan usai main sepakbola,” begitu pesan yang ditulis sang fotografer kondang.  

Untuk mengembangkan industri sepak di bola tanah air hal yang tak boleh dilupakan adalah membangun sikap profesional para pelaku yang terlibat di dalamnya. Pada pemain profesional yang sukses dan datang ke Indonesia ini hendaknya kita perlu berkaca.

 

Walau beda bahasa tak membatasi Luis Garcia dengan seorang anak untuk berkomunikasi. (Foto:Feri Latief)