Merancang Program Olahraga Harus yang Sesuai Usia

By , Jumat, 30 Mei 2014 | 19:23 WIB

Olahraga perlu terus dilakukan meski usia terus bertambah hingga mencapai kepala lima. Namun, tentu saja olahraga juga harus sesuai dengan tujuan dan kondisi tubuh masing-masing. Maka, merancang program olahraga harus sesuai usia Anda.Aktivitas fisik yang cukup bisa membantu meningkatkan derajat kesehatan seseorang. Bukan hanya itu saja. “Pengendalian penyakit bisa lebih baik bila menyertakan aktivitas fisik,” ujar Dr. Michael Triangto, dokter ahli olah raga pemilik Slim+Health Clinic di Taman Anggrek, Jakarta.Karena itu, kerap kali Dr. Michael menerima rujukan cukup banyak pasien berumur dari dokter ahli penyakit dalam. “Keluarga pasien terkejut. Mereka bingung, orang yang sudah berumur kok disuruh olahraga,” ceritanya.Keluarga pasien itu ragu apa benar olahraga bisa bikin sehat, terlebih untuk anggota keluarga mereka yang sudah berumur. “Keraguan itu terjadi karena sebelumnya ada pengalaman olahraga malah kena cedera,” katanya. Banyak pula orang takut berolah raga karena sehabis olahraga badan justru terasa capek, pegal dan sakit. Karena sakit, pegal dan cedera, olahraga jadi ditinggalkan selamanya.Padahal penyakit kronis justru timbul karena gaya hidup yang kurang olahraga. Penyakit jadi lebih mudah timbul karena hidup tanpa olahraga. “Dengan latihan fisik yang cukup, salah satu penyebab penyakit seperti diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, jantung, asma bisa dieliminasi,” cetusnya.Olahraga untuk tujuan kesehatan, menurutnya, tak sama dengan olahraga untuk kesenangan dan prestasi. “Saat masih muda dulu mungkin kita senang main tenis. Saat bermain, kita memukul bola sekencang-kencangnya. Main futsal sampai kelelahan. Lari dan memukul bola itu berpotensi menimbulkan cedera. Oleh karena itu perlu menentukan tujuan sebelum berolah raga,” tegasnya.Dalam berolah raga kita batas kemampuan kita 100 persen. “Di atas seratus persen, kita olahraga untuk ngotot, bukan untuk sehat. Olahraga untuk sehat itu tidak ada yang harus dipaksa dan ngotot. Olahraga untuk sehat itu dilakukan semampunya,” papar Dr. Michael.Dalam program olahraga di kliniknya, Dr. Michael memiliki alat pendeteksi yang dipasang saat pasiennya berolah raga. “Jadi ketika alat itu berbunyi, berarti itu sudah di atas batas kemampuan pasien,” katanya.Ia menyarankan yoga dan tai chi sebagai olah tubuh yang baik untuk meningkatkan kesehatan sesuai dengan kemampuan. “Tai chi itu gerakannya ringan, tidak potensial menimbulkan cedera dan bisa bikin kita sehat. Ini pasti baik dibandingkan tidak bergerak sama sekali,” tuturnya. Ia mengibaratkan tubuh yang kurang gerak itu seperti benda yang jarang sekali dipakai. Barang yang jarang dipakai justru cepat aus dan rusak. Demikian juga dengan otot, tulang dan persendian kita.Idealnya, kita berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai berolah raga. Kalau ingin buat program olahraga sendiri, ia menyarankan kita untuk menilai dan membuat check list sendiri. Misalnya, tanya ke diri sendiri apakah kita selama ini sudah rutin berolah raga. “Kalau belum, mulai dari awal dan tambah waktunya sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan agar tidak membebani jantung,” sarannya.Kalau tertarik dengan kelas yoga dan sebelumnya tak pernah berolah raga, ada baiknya mulai dengan kelas dasar terlebih dahulu. Lebih baik lagi, jika menyewa seorang guru yoga privat di rumah. Dengan begitu, guru akan memberikan program khusus yang sesuai dengan kemampuan kita.