Solar Impulse 2, Pesawat Tenaga Surya yang Siap Mendunia

By , Kamis, 5 Juni 2014 | 10:56 WIB

“Perancangan Solar Impulse adalah sebuah eksplorasi percobaan, segala sesuatunya serba baru,” kata Bertrand Piccard, penggagas sekaligus ketua proyek ini, Senin (2/6). Pada hari itu pesawat Solar Impulse 2 berhasil terbang perdana dari Lapangan Terbang Payerne, Swiss, selama dua jam 17 menit.

Meski bukan pesawat tenaga surya pertama, pesawat ini diklaim paling ambisius. Ia direncanakan mengelilingi dunia tahun depan, melintasi benua dan samudera selama 5 hari 5 malam tanpa setetes bahan bakar fosil pun. Pesawat bertenaga surya Solar Impulse 2 dijadwalkan memulai perjalanan pada awal Maret 2015.

Pesawat bertenaga surya itu diharapkan mendorong penggunaan teknologi bersih, mengurangi ketergantungan manusia terhadap energi fosil yang jumlahnya kian terbatas. Serta menekan emisi gas buang untuk menahan laju pemanasan global.

Model pesawat tenaga surya sudah ada sejak 1970-an, ketika sel surya sudah bisa diproduksi dengan harga terjangkau. Namun, Solar Impulse adalah pesawat tenaga surya berawak pertama yang mampu terbang malam hari. Pesawat generasi pertama Solar Impulse 1—mampu terbang lebih dari 26 jam melintasi Amerika tahun lalu.

Solar Impulse 2 memiliki lebar sayap 72 meter, lebih lebar dari pesawat Boeing 747-8I yang hanya 68,45 meter. Sayap selebar itu hanya mampu mengangkat beban pesawat sebesar 2,3 ton (seberat mobil). Lebih dari itu, sayap akan patah.

Tenaga pendorong pesawat bersumber dari baling-baling yang digerakkan empat mesin listrik. Mesin listrik itu menerima pasokan energy dari 17.228 sel surya setebal 135 mikron yang disusun berlapis dan diletakkan di sayap, badan, dan ekor horizontal pesawat sehingga menghasilkan struktur pesawat yang tetap ringan.

Selain dari sel surya yang tipis, struktur ringan pesawat juga diperoleh dari serat karbon yang digunakan di badan pesawat. Hasilnya, berat keseluruhan pesawat lebih ringan sepuluh kali dibandingkan berat pesawat layang.

Sayap yang lebar itu ditopang oleh 140 tulang rusuk dari serat karbon yang diletakkan pada interval jarak 50 sentimeter. Posisi itu akan memberikan aerodinamika pesawat terbaik sekaligus mempertahankan kekakuan struktur sayap pesawat.

Energi dari sel surya digunakan langsung untuk memutar baling-baling pesawat pada siang hari dan disimpan dalam empat baterai litium polimer yang tersimpan pada mesin, untuk sumber energi pesawat pada penerbangan malam hari.

Pada malam hari, karena hanya mengandalkan baterai, energi pesawat lebih kecil. Supaya hemat, pesawat harus terbang lebih lambat agar tidak memerlukan energi besar.

Penerbangan malam Solar Impulse 2 dibatasi hanya setinggi 1,5 kilometer dengan kecepatan maksimum 46 km/jam.

Selama penerbangan, pilot dilengkapi sistem autopilot yang canggih dan panduan dari tim di Pusat Pengendalian Misi di Payerne. Tim darat akan membantu menginformasikan cuaca, membuka jalan bagi pesawat saat memasuki wilayah udara tertentu, dan menyiapkan pendaratan di sejumlah bandara.

Meski demikian, di ruang kokpit Solar Impulse 2 yang hanya seluas 3,8 meter kubik itu—muat bagi satu orang, sang pilot nantinya tetap harus menjalani penerbangan penuh tantangan di ruang sempit selama 5 hari 5 malam sendirian.