Hilangnya pesawat B777-200ER Malaysia Airlines MH370 dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing pada 8 Maret silam masih menyisakan misteri.
Hilangnya MH370 secara misteri tersebut membuat Kementerian Luar Negeri Malaysia mengirimkan nota diplomatic ke negara-negara lain untuk membantu pencarian di wilayah yang cukup luas, sehingga wilayah pencarian dibagi menjadi dua koridor—utara dan selatan.
Jumlah negara yang terlibat dalam pencarian sejak awal terus meningkat hingga mencapai 26 negara. Di antaranya Malaysia, Australia, Bangladesh, Brunei, Tiongkok, Prancis, India, Jepang, Kazakhstan, Kirgistan, Laos, Myanmar, New Zealand, Pakistan, Filipina, Rusia, Singapura, Korea Selagtan, Thailand, Turkmenistan, Uni Emirat Arab, Inggris, AS, Uzbekistan, Vietnam, dan tentu saja Indonesia.
Bagaimana peran Indonesia?
Indonesia tidak ketinggalan turut serta membantu pencarian. Saat pencarian MH370 masih difokuskan di Laut Cina Selatan dan Andaman, TNI AL mengerahkan pesawat CASA C212 Aviocar, sedangkan TNI AU turut melakukan pencarian dengan mengerahkan pesawat Boeing 737-200 SIP dari Skuadron Udara 5 yang bermarkas di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.
Pesawat B737-200 TNI AU dilengkapi peralatan yang sangat mendukung untuk kegiatan operasi ini. Di antaranya adalah kamera Wescam MX-15 yang dapat melihat nama lambung kapal pada ketinggian 20.000 kaki, dengan kecepatan maksimum 350 KIAS.
Kamera ini memiliki kemampuan audio video track dan image video processor yang sudah terintegrasi dengan Global Positioning System.
Selain kamera Wescam, misi penyisiran juga menggunakan perangkat Automatic Identification System (AIS) guna menangkap objek di atas permukaan laut di mana target yang didapatkan dapat membantu proses pencarian MH370.
Pencarian dipimpin langsung oleh Letkol Pnb Bambang Sadewo selaku Komandan Skuadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar dengan menyisir daerah perairan di Selat Malaka, perbatasan Malaysia-Thailand, dan seluruh wilayah perbatasan NKRI.