Studi: Sinis Juga Bisa Rusak Otak

By , Jumat, 6 Juni 2014 | 19:50 WIB

Anda pikir jika Anda bersikap sinis hanya bisa melukai hati seseorang? Baru-baru ini, kelompok peneliti menemukan orang yang sinis ternyata memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk alami penurunan kemampuan otaknya juga.

Kebiasaan sinis, simpul peneliti, mempengaruhi seseorang untuk terkena demensia.

Sinisme yang didefinisikan sebagai "pandangan atau pernyataan sikap untuk meragukan suatu gagasan kebaikan atau sifat baik yang ada pada orang lain", dinyatakan meningkatkan risiko demensia.

Ini adalah studi pertama yang mempelajari kaitan sinisme dengan gangguan otak (seperti demensia). "Memahami tentang bagaimana ciri kepribadian sinis bisa meningkatkan risiko demensia, memberikan kami pengetahuan penting untuk cara pengurangan potensi demensia," jelas peneliti pemimpin studi, Anna-Maija Tolppanen.

"Hasil studi kami menambah deretan panjang bukti kalau cara pandang kehidupan serta kepribadian seseorang mungkin memiliki dampak terhadap kesehatan mereka," katanya.

Untuk studi ini, peneliti menilai total 1.449 orang responden dengan umur rata-rata 71 tahun, tetapi melalui tes demensia adalah sebanyak 622 orang. Responden ini yang diamati secara periodik selama beberapa tahun.

Mereka diberikan kuesioner untuk mengukur tingkat kesinisan: terbagi menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

Bagaimanakah hasilnya? Setelah menyesuaikan berbagai faktor yang yang bisa mengembangkan risiko demensia, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, rokok, dan lain-lain, didapati perbandingan sebagai berikut. Dari 164 orang yang memiliki level sinis tinggi, 14 orang mengalami demensia. Sedangkan hanya 9 di antara 212 orang dengan level sinis rendah, yang mengalami demensia.

Studi yang telah dipublikasikan daring di jurnal kedokteran Neurology ini pun awalnya mencoba menghubungkan antara sinisme tinggi dengan kematian dini.

Namun riset para peneliti memperhitungkan faktor-faktor seperti status sosial ekonomi, perilaku merokok dan kesehatan, dan nihil. Tidak terbukti terlalu ada pengaruh antara sinisme dengan kematian dini.