Krisis Ekonomi Tingkatkan Kasus Bunuh Diri

By , Kamis, 12 Juni 2014 | 13:47 WIB

Krisis ekonomi di Benua Eropa dan kawasan Amerika Utara telah memicu lebih dari 10 ribu kasus bunuh diri, menurut penelitian sejumlah ilmuwan Inggris.

Sebuah kajian, yang dilansir British Journal of Psychiatry, menunjukkan "kasus bunuh diri melonjak drastis".

Kajian tersebut dilakukan Universitas Oxford dan London School of Hygiene & Tropical Medicine dengan menganalisa data dari 24 negara-negara Uni Eropa, Amerika Serikat, serta Kanada.

Berdasarkan data, kasus bunuh diri merosot di Eropa pada 2007. Namun, pada 2009, terdapat peningkatan kasus sebanyak 6,5%. Persentase itu stabil sampai 2011.

Jika tren itu berlanjut, kasus bunuh diri bakal mencapai lebih dari 7.950 kali.

Di AS, jumlah orang yang bunuh diri telah meningkat sebelum krisis ekonomi. Namun, krisis justru menambah drastis angka bunuh diri hingga mencapai 4.750 kasus.

Beth Murphy, seorang perwakilan dari lembaga amal kesehatan mental Inggris atau Mind, mengaku pihaknya senantiasa menerima keluhan dari orang-orang mengenai imbas krisis ekonomi terhadap kejiwaan mereka.

"Resesi dapat memicu depresi, kegelisahan, dan pikiran untuk bunuh diri. Bagi sebagian orang, faktor ini (ekonomi) menjadi sangat sulit diatasi sehingga bunuh diri mungkin menjadi satu-satunya pilihan."

Kebijakan pemerintah

Dr Aaron Reeves, salah seorang peneliti dari Universitas Oxford, mengatakan: "Pertanyaan krusial untuk kebijakan dan praktik psikiatri ialah apakah peningkatan kasus bunuh diri tidak terelakkan?"

Reeves menekankan resesi ekonomi memang membuat kasus bunuh diri meningkat. "Namun, yang mengejutkan, ini tidak terjadi di semua negara. Austria, Swedia, dan Finlandia mampu menghindarinya."

Resep ketiga negara itu, lanjut Reeves, ialah berinvestasi pada skema-skema yang membantu orang dapat kembali bekerja, semisal pelatihan dan subsidi tunjangan.

"Akan selalu ada pilihan-pilihan sulit dalam resesi. Tapi, saya pikir, salah satu fungsi pemerintah ialah menyediakan sokongan dan perlindungan bagi kelompok-kelompok masyarakat yang rapuh. Layanan itu akan membantu orang-orang yang terkena dampak keras krisis ekonomi," kata Reeves.