Tatkala menyusuri gang-gang Pasar Glodok, tak akan sulit menemukan penjaja aneka pernak-pernik khas Tionghoa, mulai dari perhiasan giok KW, pakaian ceongsam, hiasan rambut, aksesoris kosmetik, sampai amplop merah bercorak keemasan—kerap disebut angpao. Kata “angpao” merupakan kosakata dialek Hokkian yang berasal dari bahasa Mandarin (红包) hongbao, “hong” merah dan “bao” bungkus/amplop. Warna merah merupakan simbol kebahagiaan dan kesenangan sehingga warna merah menjadi warna simbolis utama dalam tradisi Cina. Kadang amplop angpao bertuliskan aksara berwarna emas seperti "fu" (福) rezeki atau kekayaan. Warna emas merupakan lambang kesejahteraan. Tradisi pemberian amplop merah atau angpao sebenarnya merupakan pakem pada saat perayaan Imlek tatkala para orang tua memberikan amplop merah berisi uang kepada anak-anaknya. Ada sebuah kisah legenda yang melatarbelakangi tradisi bagi-bagi amplop merah pada perayaan Imlek. Konon, pada masa pemerintahan suatu dinasti sebelum tahun masehi, terdapatlah tempat yang bernama Donghai di Cina. Daerah tersebut terkenal dengan bermacam roh halus baik dan jahat yang bersemayam di setiap pepohonan yang tersebar di Donghai. Dikisahkan bahwa roh-roh jahat lebih suka tinggal menempati pohon plum dan mereka selalu ingin mengganggu manusia. Roh-roh baik pun rupanya tak kalah pamor bertugas sebagai penjaga manusia dari gangguan roh-roh jahat tersebut. Namun, setiap tanggal 30 menjelang Imlek (tahun baru Cina), roh-roh baik itu mendapatkan cuti liburan dari Tian (Tuhan) untuk mudik Imlek ke kampung halaman masing-masing, maka mereka pun mendapatkan libur, bebas dari tugas menjaga manusia selama beberapa hari. Kemudian, roh-roh jahat bergembira karena mereka merasa tidak ada lagi yang menghalangi mereka untuk mengganggu manusia. Karena pada malam Imlek tidak ada roh-roh baik yang menjaga manusia, maka manusia bernisiatif untuk begadang dan menyalakan api pada malam itu karena roh dan setan jahat dipercaya takut api. Malam itu pun para roh jahat menebar bubuk racun yang dapat membuat semua orang tertidur. Warga Donghai tak kehilangan akal, mereka ingat bahwa roh dan setan jahat tersebut pun menyukai uang dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan uang. Maka para orang tua memberikan amplop merah berisi uang kepada anak-anaknya sebelum tidur. Anak-anak pun tertidur dengan menggenggam angpo. Malam semakin larut, roh jahat mulai berdatangan. Mereka melihat amplop merah yang digenggam anak-anak, rasa penasaran pun menyergap para roh jahat. Mereka mengambil amplop dan melihat isinya. Yaaa! Mereka menemukan uang, dan berpikir bahwa uang tersebut merupakan uang saku yang diberikan oleh manusia untuk mereka berlibur. Lalu, pergilah para roh jahat dengan membawa uang tersebut dan mereka melupakan niat untuk mengganggu manusia. Keesokan harinya, para orang tua mendapati anak-anak mereka bangun dengan selamat dan dapat merayakan Imlek bersama-sama. Sejak saat itu, tradisi pemberian angpao pun melewati masa melintas sejarah hingga saat ini. Tradisi pemberian angpao dari orang tua kepada anak-anaknya pun tak berhenti hanya pada perayaan Imlek saja. Jaman bergulir tradisi berkembang, angpao pun menjadi bagian penting dalam tradisi pernikahan Cina. Selesai upacara sembahyang pernikahan, biasanya para pengantin akan mempersembahkan hormat dan teh kepada orang tua dan sesepuh di keluargnya. Sebagai balasannya, orang tua akan memberikan angpao untuk pasangan pengantin, angpao terakhir yang mengantarkan pengantin melepas masa lajangnya. Setelah seorang anak menikah, maka ia tidak akan mendapatkan angpao lagi dari orang tuanya. Tradisi pemberian angpao tak hanya melintasi jaman, namun juga melintasi batas geografis. Bersama diaspora etnis Cina yang bermigrasi ke seluruh dunia, maka budaya tradisi memberikan angpao pun turut menyebar ke penjuru dunia. Jika Anda rajin blusukan ke daerah pecinan, Glodok misalnya, Anda akan menemui pelbagai macam Angpao dengan desain manis dan kreatif. Bahkan Anda akan menemukan “angpao” lebaran dan sunatan berwarna hijau. Nah, tak lama lagi kita akan merayakan Lebaran, selain mempersiapkan kue kering dan jamuan khas Lebaran, jangan lupa sediakan angpao!