Ledakan Supernova Dibuat di Laboratorium

By , Jumat, 13 Juni 2014 | 19:54 WIB

Peristiwa ledakan besar, dengan kekuatan super, di semesta disebut supernova. Kini supernova tersebut telah berhasil diciptakan tiruannya, oleh para ilmuwan ahli fisika dari University of Oxford, di laboratorium.

Situs LiveScience.com melaporkan, supernova "ciptaan" ini dihasilkan bersama gelombang kejut dari partikel bermuatan.

Ilmuwan mengatakan, dengan memakai asumsi supernova dari model ini, tidak sekadar ledakan besarnya yang dicari. Namun, tim yang dipimpin oleh Gianluca Gregori dan Jena Meinecke ini ingin tahu mengapa medan magnet di Cassiopeia A, sisa-sisa yang tertinggal dari ledakan bintang masif.

Cassiopeia A yang berusia 300 tahun berada sejauh 11.000 tahun cahaya.

Di eksperimen, mereka juga berusaha menemukan penjelasan mengapa medan magnet dalam ruang intergalaksi jutaan miliar kali lebih kuat daripada yang seharusnya secara teori.

Teori pada umumnya mengatakan bahwa daya medan magnet di galaksi adalah 10-21Gauss (Gauss merupakan satuan untuk daya medan magnetik). Bandingkan dengan kekuatan medan magnet di Bumi yang berkisar antara 0,25 hingga 0,65 Gauss — tergantung di mana tempat pengukuran.

Cassiopeia A | Kredit: NASA

Para ilmuwan menaruh tongkat karbon kira-kira 500 mikron ke ruang yang diisi argon (Ar), gas mulia yang memiliki sifat lembam, dengan tekanan rendah. Dekat karbon, mereka menempatkan pula kisi-kisi plastik, yang berfungsi sebagai penghalang—untuk menyimulasikan medium antarbintang.

Kemudian mereka menembakkan sinar laser kuar di bagian karbon. Ketika sinar menabrak, karbon menguap, pada akhirnya menghasilkan gelombang kejut plasma, muatan partikel berekspansi atau mengembang ke luar.

Ledakan tersebut akan nampak seperti kilasan cahaya yang berlangsung kilat, bila diamati dengan kamera berkecepatan tinggi. Energi yang amat besar di plasma itu membuat ledakan selevel dengan supernova.

Memecahkan misteri?

Apakah eksperimen ini mampu membantu menyelidiki misteri supernova? Model supernova yang dibuat di laboratorium ini diharapkan mampu memecahkan misteri secara tuntas, kata Gregori, meski juga masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan.