Sosok Wanita yang Memperjuangkan Pendidikan Masyarakat Papua

By , Sabtu, 14 Juni 2014 | 13:00 WIB

Satu lagi anak bangsa yang mendedikasikan dirinya untuk kemajuan Indonesia. Setelah Butet Manurung dengan dedikasinya terhadap pendidikan Suku Anak Dalam di Hulu Sungai Makekal, Hutan Bukit Duabelas, Jambi, kali ini datang dari negeri Timur Indonesia, Papua. Seorang wanita tangguh ini adalah Novela Nawipa.

Novela Nawipa merupakan pengusaha wanita muda yang berasal dari tanah Wamena, Papua. Menjadi orang tua tunggal bagi anaknya tidak lah sulit, terlebih ia merupakan anak pertama keluarganya sehingga ia ingin menjadi figur yang dapat dijadikan contoh bagi adik-adiknya. Akhirnya ia memulai bisnis dari bawah. Ia memulai memasuki bisnis emas, dimulai dari transaksi emas per koin hingga emas per kilogram ia jalani. 

Hingga saat ini bisnis yang ia geluti diantaranya; rumah, tanah, dan emas. Sebagai warga Papua yang bersekolah dari tingkat dasar sampai tingkat perguran tinggi di tanah kelahirannya tersebut, Novela tidak mau generasinya terus terpuruk. Dari kerja kerasnya tersebut, Novela menyekolahkan dua orang anak Papua sampai dengan lulus Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) dan kedua anak tersebut meneruskan ilmu masing-masing dengan menjadi guru untuk daerah pedalaman. 

Dari Papua Untuk Papua 

Wanita yang memiliki keyakinan pembangunan dan kemajuan perekonomian Papua ada di tangan generasi muda dan wanitanya ini memulai kehidupannya dari bawah. 

Perempuan kelahiran 14 September 1984 ini sudah bekerja dari bangku sekolah dasar. Keluarganya yang datang dari keluarga ekonomi rendah di Indonesia, memaksanya untuk kreatif dalam menjalani hidup dan meneruskan sekolahnya. 

Di sekolah dasar ia harus berjualan sayur mayur dan hasil kebun lainnya di pasar, itu semua dilakukannya untuk membiayai pendidikannya tersebut. Setelah ia berhasil memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia menjadi tukang cuci yang lagi-lagi dijalaninya untuk mengecap bangku pendidikan. 

Kehidupan keluarganya yang tidak pernah membaik dengan adik-adik yang ia miliki, lantas di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Novela menjadi tukang ojek khusus wanita. Begitu pun saat ia menlajutkan ke perguruan tinggi di Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ). Dengan hanya berbekal dua helai celana panjang dan lima potong baju, ia mejalani hari-harinya di kehidupan perguran tinggi dengan sambil bekerja paruh waktu. Salah satunya ia pernah membantu menyelesaikan tugas rekan kuliahnya dengan upah Rp 300.000! 

Menurut Novela apa yang dialaminya, kegetiran dan kerasnya hidup serta air mata, cukup lah ia yang merasakan. Jangan sampai generasi muda Papua lainnya juga merasakan nasib yang sama dengan dirinya. Terlebih lagi warga yang tinggal di pedalaman. Harus ada penanaman ilmu dan pendidikan serta pembentukan karakter untuk menuju kearah yang benar.