Selain rencana pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta di Pantai Glagah, Kulonprogo, yang berada di zona tsunami, 16 bandara lain juga rentan terdampak bencana alam.
"Enam belas bandara di zona rawan tsunami dan tidak menunjukkan upaya pengurangan risiko bencana," kata Abdul Muhari, peneliti Indonesia di International Research Institute of Disaster Science, Minggu (15/6).
Penelitian Muhari, 16 bandara yang rentan terdampak tsunami itu adalah berikut ini
- Bandara Binaka Gunungsitoli (Pulau Nias), 800 meter jarak dari pantai
- Bandara Internasional Minangkabau (Padang), 500 meter
- Bandara Ngurah Rai Bali, 0 meter
- Bandara Ende Flores, 0 meter
- Bandara Maumere, 200 meter
- Bandara Mamuju, 250 meter
- Bandara Balikpapan, 250 meter
- Bandara Luwuk (Sulawesi Tengah), 200 meter
- Bandara Melongguane Talaud, 200 meter
- Bandara Sutan Babullah (Ternate), 0 meter
- Bandara Weda (Maluku Utara), 150 meter
- Bandara Buli (Maluku Utara), 150 meter
- Bandara Pattimura Ambon, 50 meter
- Bandara Jeffman Radja Ampat, 50 meter
- Bandara Rendani Manokwari (Papua), 50 meter
- Bandara Frans Kaiseppo Biak (Papua), 100 meter
Selain dampak langsung yang bisa melumpuhkan bandara, menurut Muhari, yang perlu diwaspadai juga adalah dampak ikutan pembangunan objek vital. Pembangunan infrastruktur, seperti bandara, akan menarik aktivitas ekonomi sampai radius minimal 2,5 kilometer dari bandara.
"Jika itu terjadi, pembangunan tanggul pantai yang ditujukan melindungi bandara akan sia-sia. Sebab aktivitas masyarakat akan tersebar di sepanjang pantai yang tidak terlindungi."