Rekonstruksi Budaya Betawi di Festival Setu Babakan

By , Senin, 16 Juni 2014 | 18:36 WIB

Siklus hidup menjadi intisari cerita yang dikisahkan pada gelaran budaya Betawi. Dari mulai kelahiran, tumbuh besar dan menikah. Inilah yang ditampilkan pada Festival Budaya Betawi di Kampung Betawi Setu Babakan, hari Minggu (15/6) lalu.

Cerita yang ditampikan kali ini adalah rekonstruksi budaya Betawi — pindahan rumah. 

"Budaya Betawi ini adalah urutan, dari prosesi, melahirkan, belajar berjalan, tumbuh besar, menikah, kemudian pindah rumah," kata Kepala Bidang Pengelolaan Daya Tarik Destinasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Ida Zubaedah. 

Menurut Zubaedah, bukan tanpa sengaja tema pindahan rumah ini dipilih. Hal ini merupakan tema yang berkesinambungan setiap tahun. "Pada tahun lalu, kita menampilkan pernikahan, dan sekarang pindahan rumah," lanjutnya. 

Festival Budaya Betawi 2014 merupakan rangkaian acara memeringati HUT ke-487 DKI Jakarta. Festival selalu diselenggarakan dengan berlokasi di Setu Babakan.

Setu Babakan dipandang sebagai salah satu kampung Betawi yang masih menyimpan kebudayaan sangat kental. Kemeriahan acara di sana memecah keheningan kawasan resapan air itu. 

"Inti dari acara festival budaya ini untuk mendokumentasikan kebudayaan-kebudayaan Betawi termasuk Kampung Setu Babakan yang patut kita lestarikan ini," ujarnya.

"Acara ini bagian dari rangkaian ulang tahun Jakarta. Di acara ini kami mencoba rekonstruksi budaya Betawi dengan menghadirkan seluruh komunitas yang ada, tak hanya dari Jakarta, melainkan juga mereka yang ada di sekitar Ibu Kota," jelasnya.

Abu Sujak, pegiat budaya dari Masyarakat Peduli Perkampungan Budaya Betawi, mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk serius mengelola Setu Babakan. Kawasan ini sebaiknya dikelola serius, bukan hanya pada saat Jakarta berulang tahun.

Abu mengakui ada perbaikan wajah Setu Babakan dalam lima tahun terakhir. Namun, perubahan ini masih belum total.

"Kawasan ini sudah berpotensi. Baik lokasi maupun masyarakatnya siap dikembangkan. Seharusnya pemerintah segera melembagakan pengelolaan kawasan," katanya.