Sekelompok ahli independen menyatakan, pencarian pesawat Boeing 777-200ER berkode penerbangan MH370 milik Malaysia Airlines berada di lokasi yang salah. Mereka menyebutkan lokasi perkiraan baru, berdasarkan simulasi komputer atas data mentah satelit terkait pesawat itu yang akhirnya dipublikasikan Pemerintah Malaysia.
Lima model komputer yang terpisah menempatkan pesawat di area yang berdekatan di sisi selatan Samudra Hindia, ratusan kilometer di barat daya lokasi pencarian terakhir. "Kami merekomendasikan pencarian di daerah ini," kata kelompok pakar tersebut, Selasa (17/6) larut malam.
"Meskipun masih ada sejumlah ketidakpastian dan beberapa perbedaan pendapat mengenai interpretasi aspek data, perkiraan terbaik dari lokasi pesawat (adalah) dekat di (koordinat) 36,02 South dan 88,57 East," dalam pernyataan yang menyebutkan keterlibatan 10 ahli.
Kelompok ini memilih mengeluarkan pernyataan pada larut malam, Selasa, untuk mengawali pembuatan film dokumenter oleh BBC tentang pesawat yang hilang pada 8 Maret 2014 ini, sekaligus mendahului pengumuman Pemerintah Australia terkait fokus pencarian pesawat. Langkah ini ditempuh untuk menjamin independensi informasi yang mereka paparkan.
"Kami ingin mendapatkan estimasi terbaik kami," kata salah satu pakar yang terlibat, Mike Exner, salah satu co-founder perusahaan mobile-satellite. Kelompok pakar ini berkeyakinan pesawat sempat mengitari Indonesia dengan alasan yang belum diketahui, papar Exner, sebelum terbang ke arah selatan dengan kecepatan 470 knot, diperkirakan pada ketinggian yang tetap.
"Lima model komputer yang dikembangkan oleh para ahli menempatkan pesawat di cluster yang cukup dekat.. plus-minus 50 mil satu sama lain," sebut Exner.
Sementara itu, tim ahli Pemerintah Malaysia dan Inmarsat sedang mengevaluasi ulang data mereka untuk melanjutkan pencarian pesawat yang mengangkut 239 orang penumpang dan awak saat hilang tersebut. Mereka, Rabu (18/6), menyatakan bahwa evaluasi ulang data tersebut sudah hampir rampung dan berjanji mengumumkannya pada akhir Juni 2014.
Menurut Exner, para penyidik dan pakar dari Pemerintah Malaysia dan Malaysia Airlines sebenarnya sudah mendapatkan petunjuk yang sama soal arah terbang pesawat tersebut sebelum benar-benar tak terlacak, tetapi kemudian teralihkan oleh informasi akustik "ping" di dasar laut.
"Ini pendapat pribadi saya bahwa tim pencarian resmi terlalu memperhatikan ping akustik itu," ujar Exner. Setelah melakukan pencarian yang sampai melibatkan Bluefin-21, ping tersebut dipastikan tak terkait dengan pesawat yang hilang.
Menurut Exner, kelompoknya yang belakangan intensif bertukar data soal pesawat ini sudah menawarkan bantuan kepada otoritas keselamatan transportasi Amerika dan Australia, dua negara yang turut terlibat dalam pencarian resmi. Namun, ujar dia, jawaban sopan mereka dapatkan dari kedua otoritas, berisi keengganan untuk berbagi data lebih lanjut.