"Soal Dosa, Tuhan yang Lebih Tahu"

By , Kamis, 19 Juni 2014 | 12:35 WIB

Setelah Pemerintah Kota Surabaya menggelar deklarasi menutup lokalisasi Jarak dan Dolly pada Rabu (18/6) malam, suasana di dua lokalisasi belum ada perubahan signifikan. Hanya terlihat penjagaan dari warga setempat di sepanjang jalan Jarak dan gang Dolly masih dilakukan.

Malam terakhir dua lokalisasi ditutup, seorang pekerja seks komersial (PSK) yang menghuni lokalisasi Jarak berkisah. Ia sudah berumur 41 tahun.

"Saya jual diri di Dolly hanya untuk membiayai anak saya sekolah. Anak saya tiga yang semuanya masih sekolah. Suami saya sudah 2 tahun meninggal. Cari pekerjaan susah. Ya, saya kerja di Dolly untuk memenuhi kebutuhan saya dan anak-anak saya," beber perempuan yang Rabu (18/6) malam juga ikut istigasah bersama PSK lainnya.

Menurut perempuan yang mewanti-wanti tak disebutkan nama aslinya itu, dia masuk ke Dolly sejak 2005 lalu. Sejak ditinggal suaminya, dia harus menanggung biaya hidup tiga anaknya.

"Soal dosa, Tuhan yang lebih tahu. Dosa tak ditentukan manusia," ujarnya sembari menutupi wajahnya dengan sapu tangan.

Berapa penghasilan yang didapatnya setiap hari, tidak tentu. "Di Jarak tarifnya beda dengan Dolly. Di Jarak tarifnya lebih murah. Paling mahal Rp 100.000. Kalau di Dolly di atas Rp 200.000. Jika ramai, paling ada tiga tamu yang saya layani," akunya.

Tapi selama kerja di lokalisasi Jarak, dia mampu membiayai ketiga anaknya untuk sekolah. Kini ketiga anaknya ada di Malang.

Setelah pemkot Surabaya menggelar deklarasi menutup dua lokalisasi, dia berharap wali kota Surabaya mau berdialog dengan para PSK dan warga di lima RW di Jarak dan di Dolly.

"Jujur, tak ada yang mau menjual dirinya. Tapi karena ini soal kebutuhan ekonomi dan susahnya cari pekerjaan. Kerja apa saja bisa dilakukan," katanya.

Ditanya apakah akan pulang kampung ke Malang? Dia mengaku jika di Jarak dan di Dolly sudah tak bisa dioperasi ia terpaksa harus pulang ke Malang. "Karena di Malang juga ada lokalisasi. Tapi jika ada pekerjaan lain, mungkin cari pekerjaan lain," terangnya.

Soal uang konvensasi dari Pemkot Surabaya senilai Rp 3 juta itu, perempuan yang tinggal di Kecamatan Sumbermanjing Wetan sepakat tidak akan mengambilnya. "Kita jaga solidaritas. Sepakat tak akan mengambil uang itu. Lebih baik kita terima tamu saja," tegasnya.

Sementara itu, Pemkot Surabaya, pada Kamis (19/6) pagi, akan memberikan uang kompensasi untuk PSK dan mucikari kepada 1.449 orang. Pembagian uang konvensasi itu akan diberikan di kantor Koramil Kecamatan Sawahan, tak jauh dari dua lokalisasi Jarak dan Dolly.