Semoga, setelah penutupan kompleks lokalisasi prostitusi Dolly di Surabaya, tidak ada lagi yang mengidentikkan nama Dolly sebagai tempat pelacuran (Baca: Legenda Sang Tante Dolly).
Harapan itu diungkapkan Handoyo yang mengaku sebagai adik Dolly A Chavid, yang ingin arwah kakaknya tenang di alam baka.
"Setiap hari saya selalu berdoa agar dia tenang. Saya sampai menangis kalau ingat dia," imbuh anak terakhir dari tiga bersaudara itu.
Selama ini, tidak ada satu pun orang yang tahu dia adalah adik kandung Dolly. Satu adik Dolly lainnya juga masih hidup, dan kini dalam kondisi sakit-sakitan.
Handoyo mengaku menyembunyikan identitasnya karena malu disebut sebagai famili dari mantan PSK dan mucikari paling kesohor se-Asia Tenggara itu. Kepada Handoyo, Dolly hanya bisa menangis. Dia sakit hati dengan orang yang mencetuskan agar namanya digunakan untuk kompleks pelacuran.
Namun, menurut Handoyo, Dolly pun mengaku tidak mengerti siapa yang awalnya memberikan nama itu untuk sebutan tempat tersebut. "Sakit hati itu dibawa mati kakak saya," kata pria kelahiran Surabaya, 1936, ini.
Dolly meninggal pada 1992. Pihak keluarga memakamkannya di kompleks pemakaman Nasrani di Sukun, Kota Malang. Kini, makam tersebut ramai dicari para jurnalis, menyusul kebijakan Pemerintah Kota Surabaya yang menutup kawasan lokalisasi Dolly dan Jarak.