Sejak abad ke-17, konservator seni beralih ke aneka produk: lem, abu, bawang merah, bahkan bir, yang dimanfaatkan untuk membersihkan karya seni. Roti digunakan membersihkan lukisan dinding Michelangelo di Kapel Sistina.
Kini, mereka menggunakan gel dan laser. Namun ada cara lama yang masih setia digunakan sampai sekarang: air liur.
Musim panas tahun lalu, seorang konservator asal Massachusetts menggunakan air liurnya sendiri untuk membersihkan Padihershef, sesosok mumi Mesir berusia 2.500 tahun. Enzim-enzim dalam ludah manusia mengurai dan mengangkat minyak.
Air liur lebih kental daripada air, sehingga tidak merembes ke celah-celah cat. Liur juga efektif pada karya seni yang sangat kecil, dan sangat tidak efisien pada mural.
"Kami cenderung menggunakan air liur ketika membersihkan debu, jelaga, atau nikotin," kata Andrea Chevalier, konservator Ohio dan Intermuseum Conservation Association. Prosesnya lambat. Akan lebih membantu, ujar Chevalier, jika ada segelas air di samping Anda.