Lukisan klasik Bali diusulkan menjadi warisan budaya nasional dan dunia. Seni lukis klasik Bali, yang berkembang pada abad ke-15 Masehi pada masa kepemimpinan Raja Dalem Waturenggong di Klungkung, merefleksikan nilai estetika, filosofis agama Hindu, etika, dan sekaligus karya narasi.
"Seni lukis klasik Bali ini kebanggaan bagi kami. Seni lukis klasik yang merupakan warisan leluhur yang adiluhung juga memiliki nilai seni tertinggi," kata perupa yang juga pemilik museum, Nyoman Gunarsa, dalam seminar Seri Sastra Sosial Budaya di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, Denpasar, Bali (24/6).
Ketika mengamati lukisan klasik Bali, seseorang sekaligus membaca narasi yang terkandung dalamnya. Sumber ide lukisan klasik Bali umumnya dari epos Mahabharata, Ramayana, atau kisah Tantri dan Pararaton. Lukisan klasik tersebut dinilai unik dan karya seni tinggi serta memiliki filsafat kehidupan, etika, dan pengetahuan.
Gunarsa mengatakan, lukisan klasik Bali yang masih dihasilkan sampai saat ini, akan diusulkan sebagai warisan budaya nasional dan sekaligus warisan budaya dunia. Masih menurutnya, seni lukis klasik Bali merupakan ekspresi dan identitas budaya tradisional Bali, yang mampu bersaing secara global.
Mendunia
Dalam seminar itu hadir Siobhan Campbell, peneliti seni dari University of Sidney, Australia, sebagai pembicara utama. Siobhan meneliti tentang koleksi lukisan klasik Bali gaya Kamasan, yang disimpan di museum di Australia dan tradisi melukis di Desa Kamasan, Klungkung.
Lukisan klasik Bali, menurut Siobhan, sudah lama mendunia. Lukisan klasik Bali dijadikan barang koleksi dan barang dagangan serta semakin tersebar sejak Bali bersentuhan dengan industri pariwisata mulai 1930-an. Sementara lukisan klasik Kamasan sudah berkembang sejak zaman Majapahit.