Dapatkah Militan Irak Disingkirkan dari Media Sosial?

By , Sabtu, 28 Juni 2014 | 12:05 WIB

Selain bertempur di darat, pejuang jihad di Irak menyebarkan perang propaganda di media sosial dalam beberapa pekan terakhir dengan mempublikasikan berbagai foto, video dan informasi tentang kampanye mereka untuk menjatuhkan pemerintah. 

ISIS, kelompok yang memimpin pemberontakan, bahkan mengerahkan aplikasi Android yang mempublikasikan kicauan di Twitter secara otomatis (sudah dihapus) dan mengkoordinasikan tagar kampanye agar bisa trending di Twitter. 

Pemerintah Irak merespon dengan memblokir beberapa situs media sosial dan di beberapa provinsi menutup akses internet. Namun beberapa akun media sosial Islamis yang paling aktif masih beraktivitas, termasuk akun-akun yang mendesak Muslim di negara lain untuk bergabung dengan ISIS. 

Tiga orang lelaki yang tampil di video rekrutmen ISIS di YouTube (sudah dihapus dari YouTube) masih beredar di Twitter dengan menggunakan nama samaran militer. 

Seorang Islamis yang berpura-pura menjadi warga negara Inggris menawarkan saran bagi mereka yang ingin bergabung dengan Isis di Ask.fm 

Tetapi mengapa akun-akun ini belum dihapus? 

BBC berbicara dengan sejumlah jejaring sosial dan banyak dari mereka mengatakan bahwa mereka tidak secara aktif memantau situs mereka untuk melihat konten yang mempromosikan terorisme. Mereka akan merespon permintaan dari pemerintah dan individu untuk menghapus materi tertentu. 

Juru bicara Twitter mengatakan perusahaan itu akan menghapus publikasi yang melanggar peraturannya. 

Peraturan Twitter melarang ancaman kekerasan dan "tindakan ilegal yang lebih jauh" di situs mereka. 

Mereka juga menambahkan bahwa Twitter tidak memantau laporan media atas pos-pos yang bisa menghasut.