Pengamat perkotaan Yayat Supriatna yakin, potensi masing-masing wilayah di Indonesia begitu besar. Negara ini punya kota-kota kreatif yang dibangun dari kemampuan warganya menyediakan lapangan pekerjaan sendiri, menghasilkan karya-karya khas daerahnya, dan pada akhirnya bisa membawa Indonesia bersaing dengan negara lain.
Namun, sebelum bisa menghasilkan, kualitas masing-masing manusianya harus "dibangun" terlebih dahulu. Hal ini bisa dilakukan secara formal, maupun informal.
"Membangun ekonomi kreatif itu membangun orangnya. Yang dibangun adalah nilai, bukan fisik uangnya, tapi manusianya. Dengan terbangun, manusia menjadi inovatif, kreatif, karena ada nilai di dalamnya, punya nilai dan prinsip ingin maju, mandiri, berani, tidak malas, tidak ingin jadi parasit. Hal-hal ini yang harus dibongkar," ujar Yayat terkait gagasan "kota kreatif", di Jakarta, Sabtu (28/6).
Menurut Yayat, tanpa nilai dan karakter, masyarakat menjadi robot dan sekadar menjadi pengguna mesin-mesin hasil kreativitas negara lain. Untuk menjadi bangsa kreatif, bisa dicapai lewat pendidikan.
"Pendidikan harus didorong. Sekolah-sekolah kejuruan, seperti tata boga, tata niaga, sekolah-sekolah yang membangun keterampilan. Kalau tidak bisa, maka kita bangun lembaga kreatif non perguruan tinggi di luar pendidikan. Jaman dulu ada balai latihan. Sekarang, balai itu harus diperbanyak. Masyarakat yang harus memulai," kata Yayat.
Generasi wirausahawan
Kepribadian kuat dan kemampuan yang mumpuni pada masing-masing anggota masyarakat pun bisa meningkatkan angkatan kerja. Yayat menyebutnya dengan "memunculkan entrepreneur muda baru" dalam industri kreatif.
Menurut Yayat, sektor ekonomi informal bisa mengakomodasi 70 persen sampai 80 persen angkatan kerja. Sementara sektor formal hanya bisa menyerap 20 sampai 30 persen angkatan kerja. Keterbatasan penyerapan angkatan kerja pada sektor formal seharusnya bisa ditopang jika masing-masing penduduk bisa menyediakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri.
Hal ini sangat penting, lanjut Yayat, sadar atau tidak, "generasi entrepreneur" tersebut sebenarnya punya andil membangun kota-kota kreatif di Indonesia. Dengan tumbuh dan menjamurnya kota-kota seperti ini, daya saing Indonesia akan semakin kuat.
"Kota kreatif itu berhubungan dengan daya saing. Jika dibandingkan dengan Korea atau Jepang, kita kalah dalam hal teknologi. Namun, ekonomi lokal kita luar biasa. Kerajinan tangan kita, sangat luar biasa. Kalau dikemas dengan wadah seperti pameran Inacraft, itu akan menunjukkan bagaimana kemampuan ekonomi kreatif kita," pungkas Yayat.