Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Ditentang oleh Dirut KAI

By , Selasa, 1 Juli 2014 | 10:02 WIB

Direktur Utama PT KAI (Persero) Ignasius Jonan menilai megaproyek Shinkansen alias kereta api cepat Jakarta-Bandung yang menelan investasi sekitar Rp56 triliun tidak berkeadilan.

"Soal kereta cepat Jakarta-Bandung, saya yang paling menentang. Itu tidak berkeadilan," kata Jonan dalam CEO Speaks on Leadership Class di Universitas Binus, Jakarta, Senin (30/6).

Jonan mengatakan, dirinya menolak pembangunan proyek itu jika didanai dengan anggaran APBN, baik langsung maupun dengan cara utang. Menurut dia, proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung tidak terlalu penting dibanding mengembangkan kereta api trans-Sumatera, trans-Kalimantan, trans-Sulawesi, serta trans-Papua.

"Rohnya APBN itu NKRI. Kalau Jawa aja yang maju, ya merdeka aja Papua dan lainnya itu," ucap Jonan.

Di sisi lain, dia mengatakan, KAI akan mendukung proyek kereta api walaupun mahal tetapi menggunakan dana KAI sendiri dan tidak menggunakan APBN. Misalnya, proyek kereta api Bandara Medan-Kualanamu. "Sebentar lagi kita juga akan bikin, pakai duit KAI sendiri kereta Bandara Soekarno-Hatta, hampir Rp3 triliun," katanya.

Seperti diberitakan pada awal Februari lalu, dilaporkan Pemerintah Indonesia sedang melakukan pembahasan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. 

Rencananya, harga tiket per orangnya mencapai Rp 200.000. Dengan mengeluarkan kocek sebesar itu, masyarakat dapat menempuh jarak Jakarta-Bandung sejauh 133 kilometer hanya selama 37 menit saja.

Pemerintah Indonesia menerima dana hibah dari Pemerintah Jepang sebesar US$15 juta untuk studi kelayakan proyek kereta peluru Jakarta-Bandung ini.

Studi kelayakan berlangsung selama dua tahap. Tahap pertama mulai 28 Januari 2014 hingga April 2015 untuk membahas perencanaan dasar kereta peluru tersebut. Tahap kedua berlangsung dari April 2015 hingga Desember 2015 guna menggodok detail kalkulasi biayanya.

Sekadar gambaran, Stasiun Shinkansen direncanakan berlokasi di kawasan Dukuh Atas Jakarta Pusat karena dianggap memiliki akses yang baik menuju Stasiun Sudirman dan stasiun bawah tanah Mass Rapid Transportation (MRT) yang baru. Sedangkan di Bandungnya sendiri direncanakan berada di kawasan Gedebage.

Rute yang dilewati adalah Jakarta, Bekasi, Cikarang, Karawang, Bandung dan Gedebage.

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas Dedy Supriadi Priyatna mengatakan, harga tiket kereta cepat masih akan dihitung. Pemerintah akan mengusahakan agar harganya dapat lebih rendah dari Rp200.000.

Adapun kereta cepat Jakarta-Bandung akan memakan waktu pembangunan 6-7 tahun sehingga tahun 2020 mendatang, masyarakat Jakarta dan Bandung diharapkan sudah bisa menikmati fasilitas tersebut.