Ledakan nuklir yang terjadi terus menerus di jantung sang bintang, menyebabkan bintang dapat terus bersinar. Sementara, obyek lainnya di alam semesta hanya bisa tampak ketika memantulkan cahaya dari bintang. Termasuk di dalamnya kedelapan planet di Tata Surya dan bulan yang mengorbit planet-planet tersebut.
Sewaktu-waktu, terjadi peristiwa langkan dimana cahaya Matahari terhalang untuk mencapai Bumi. Peristiwa ini kita kenal dengan nama "gerhana"
Ketika Bulan melintas di antara Matahari dan Bumi, kita menyebutnya "Gerhana Matahari". Ketika Bumi melintas di antara Bulan dan Matahari, Bulan diselubungi bayang-bayang Bumi. Peristiwa ini disebut "Gerhana Bulan".
Hal yang sama juga bisa terjadi pada planet lainnya yang memiliki satelit pengiring. Akan tetapi, memang hanya Bumi yang kita tahu memiliki kehidupan yang bisa menyaksikan peristiwa gerhana tersebut.
Saat gerhana bulan, maka Bulan atau bulan-bulan lainnya akan tersembunyi di balik kegelapan karena planet menghalangi cahaya dari Matahari. Tapi, ketika astronom mengamati keempat bulan terbesar di Jupiter (Io, Ganymede, Calisto dan Europa) melintas masuk dalam bayangan si planet raksasa–hal tersebut tidak terjadi. Bulan-bulan di Jupiter memang jadi sangat redup, tapi secara misterius, mereka masih tetap bersinar sebagian!
Tentu saja kejadian ini mengejutkan astronom, tapi sebenarnya peristiwa tersebut tidak benar-benar aneh. Hal yang sama terjadi ketika kita cukup beruntung bisa melihat gerhana bulan di Bumi. Bulan jadi lebih gelap dan tampak berwarna merah bak darah, tapi Bulan tak pernah berubah jadi hitam.
Alasan mengapa Bulan tampak berubah warna adalah debu di atmosfer Bumi bertindak sebagai prisma cahaya yang membiaskan dan membelokkan cahaya yang datang ke Bulan. Dan hal yang sama terjadi karena atmosfer Jupiter yang sangat berkabut!