Pengamat: Jurnalis Bisa Saja Bocorkan Informasi demi Kepentingan Publik

By , Kamis, 3 Juli 2014 | 09:08 WIB

Peneliti media dan penulis Ignatius Haryanto menilai jurnalis Amerika Serikat Allan Nairn telah sangat menyadari konsekuensi tindakannya membuka kembali percakapan off the record dengan mantan Panglima Kostrad, Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto.

Lagipula, ia berpendapat, harus dilihat apa alasannya informasi bersifat rahasia dibocorkan. "Menurut saya, kalau ada kepentingan publik yang lebih besar ya jurnalis bisa saja membocorkan informasi itu," katanya seraya menekankan, "Selama itu ada gunanya buat publik." 

Sebab untuk kasus informasi off the record seperti dalam kasus Allan Nairn, jadi menyangkut pula soal suara hati jurnalis.

Dalam konteks UU Pers, terang Haryanto, yang bisa dilakukan adalah penilaian dari Dewan Pers bahwa jurnalis tersebut melanggar kode etik, tetapi karena Allan Nairn bukan orang Indonesia maka UU Pers ini tak menyentuh dirinya.

"Namun secara etis yang dapat dilakukan hanyalah: si jurnalis akan menanggung risiko narasumber yang bersangkutan atau narasumber lain akan hati-hati untuk tidak lagi mau mempercayakan informasi pada dirinya. Hanya sebatas itu saja," papar Haryanto.

Belakangan, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Allan menantang Prabowo untuk menuntutnya ke jalur hukum jika apa yang dia tulis tidak benar.

Seperti diberitakan, nama Allan Nairn menjadi perbincangan setelah ia merilis hasil wawancaranya dengan calon presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto. Secara gamblang, Nairn membeberkan isi perbincangan yang dilakukan pada tahun 2001, yang sebenarnya dilakukan off the record dan dijanjikan menggunakan nama anonim.

Namun, melihat perkembangan politik Indonesia menjelang pemilihan presiden (pilpres) 9 Juli yang berpotensi menaikkan Prabowo ke kursi kepresidenan, Nairn merasa terbeban mengungkapkan kepada masyarakat Indonesia apa isi wawancaranya.

"Saya pikir kerugian melanggar janji anonimitas kepada Jenderal itu tidak seberapa dibandingkan kerugian rakyat Indonesia yang datang ke tempat pemungutan suara tanpa mendapat akses fakta-fakta relevan," demikian dikatakan Allan yang angkat bicara lewat blog pribadinya di www.allannairn.org.

Keyakinannya itulah yang membawanya berani secara blak-blakan menuliskan obrolannya selama hampir empat jam di kantor perusahaan Prabowo di Mega Kuningan.