Mampukah Calon Pemimpin Kita Meningkatkan Produksi Pangan?

By , Sabtu, 5 Juli 2014 | 21:51 WIB

Menanggapi pertanyaan moderator terkait peningkatan produksi pangan, pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menekankan pentingnya perbaikan pupuk. Dengan demikian, produksi pangan dapat meningkat.

Prabowo menyoroti hilangnya lahan pertanian sebanyak 60.000 hektar per tahun. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kata dia, pada tahun 2015 mendatang Indonesia akan butuh tambahan lahan sebesar 730.000 hektar.

"Kalau bicara produktivitas, kita bicara intensifikasi lahan yang sudah ada dan menambah yang 60.000 hektar yang hilang. Ini tantangan besar. Bagaimana meningkatkan produktivitas, pertama perbaiki pupuk," kata Prabowo dalam debat capres, sabtu (5/7.2014).

Menurut Prabowo, saat ini jenis pupuk di Indonesia masih ketinggalan. Seharusnya, pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dan spesifik. "Perlu ada pupuk untuk jagung, beras, ubi, dan sebagainya. Tidak satu pupuk untuk semua," jelas dia.

Dengan pemberian pupuk majemuk, dapat meningkatkan produksi hingga 40 persen. Ini telah dibuktikan di 100 kabupaten dengan peningkatan produksi 41 persen. "Seandainya kami menerima mandat, kami akan menambah 2 juta hektar lahan baru," ucap Prabowo.

Sementara itu, calon presiden Joko Widodo menilai perlunya upaya pemerintah dalam mempersiapkan pasar sebelum meningkatkan jumlah ekspor hasil pertanian atau bahan pangan. Menurut Jokowi, persoalan yang ada selama ini pemerintah tidak pernah mempersiapkan pasar untuk hasil pertanian.

"Petani diperintahkan tanam pepaya, melon, dan semangka, tetapi pasarnya di mana? Petani itu asal diberi arahan, dikawal, diberi bibit, itu apa pun bisa. Persoalannya kita tidak pernah siapkan pasar oleh mereka. Kalau diperintahkan tanam pepaya, mestinya disediakan pasar ekstrak jus pepaya. Melon dan semangka, pasarnya mesti disiapkan," kata Jokowi dalam acara debat capres dan cawapres yang berlangsung di di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu (5/7). Debat kali ini mengangkat tema "Pangan, Energi, dan Lingkungan".

Jokowi menjawab pertanyaan moderator yang memintanya menjelaskan acara menerapkan visi misi Jokowi-Kalla mengenai pembangunan ketahanan pangan, agribisnis kerakyatan, ekspor pertanian berbasis pengelolaan, dan strategi yang dilakukan dalam menghadapi tantangan liberalisasi perdagangan.

Jokowi mengatakan, masyarakat sebenarnya mengerti apa saja yang menjadi masalah terkait hal tersebut. "Persoalannya yang belum ada adalah niat menyelesaikan masalah itu, kemauan menyelesaikan masalah itu, pakar kita banyak, ahli banyak, semua ada, tanah subur, petani banyak, tiggal kemauan, ada niat atau tidak," kata Jokowi.