Kota Jakarta disebut sebagai kota dengan lalu lintas terburuk di dunia menurut versi survei yang dikeluarkan oleh Castrol Magnetic. (Baca pula: Jakarta Kota Besar yang Paling Tidak Aman di Dunia)
Menanggapi hal ini, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menegaskan, kepolisian dan Pemprov DKI Jakarta terus berupaya membenahi lalu lintas, khususnya memperbaiki tingkat kemacetan.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Risyapudin menilai, buruknya lalu lintas di Jakarta dipicu oleh tindakan yang tidak disiplin dari para pengguna jalan. Karena itulah, Pemprov DKI bekerja sama dengan Ditlantas Polda Metro mencanangkan lima tertib, termasuk tertib lalu lintas.
Untuk membuat pengguna jalan taat peraturan lalu lintas, lanjut dia, pihaknya akan terus melakukan pengawasan-pengawasan. Namun, ia mengakui pengawasan yang dilakukan oleh polisi masih konvensional.
"Memang kita maklumi sistem pengawasan dan pengendalian lalu lintas di kita masih konvensional, hanya patroli saja. Coba pakai elektronik dan sensor pasti akan lebih optimal, " kata Risyapudin, Kamis (5/2) di Jakarta.
Maka, pihaknya mendukung upaya Pemprov DKI yang akan membuat kebijakan-kebijakan untuk membatasi jumlah kendaraan di jalan. "Kami tengah mengaji kebijakan-kebijakan yang dapat diterapkan untuk mengurangi kemacetan," kata dia.
Kebijakan tersebut seperti Electronic Road Pricing (ERP) dan Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) merupakan contoh kebijakan yang saat ini tengah dikaji. Sementara itu, untuk kebijakan pengurai kemacetan seperti 3-in-one atau pembatasan kendaraan tertentu di sejumlah ruas jalan tetap dilakukan.
Polisi, kata dia, juga membuat keputusan situasional untuk mengurai kemacetan. Misalnya dengan membuka dua kali lampu hijau di satu ruas jalan yang macet. "Mungkin bisa dirasakan kemacetan berkurang saat dibuat seperti itu," ucap dia.
Survei data indeks stop-start yang dikeluarkan Castrol Magnetic dibuat berdasarkan data pengguna Navigasi Tom Tom, mesin GPS, untuk menghitung jumlah berhenti dan jalan yang dibuat setiap kilometer. Jumlah itu lalu dikalikan dengan jarak rata-rata yang ditempuh setiap tahun.
Hasilnya, Jakarta menjadi kota terburuk dalam kemacetan lalu lintas di dunia, dengan rata-rata terdapat 33.240 kali proses berhenti di jalan per tahun.